Abbas: Agresi Israel di Jalur Gaza Bertujuan Halangi Upaya Palestina di PBB
Sabtu, 17 November 2012 13:04 WIB
Ramallah, Tepi Barat (ANTARA/Xinhua-OANA) - Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Jumat (16/11), mengatakan agresi yang dilancarkan Israel saat ini bertujuan menghalangi upaya Palestina untuk meminta pengakuan PBB.
"Kami berkeras akan meminta pengakuan PBB apa pun yang terjadi," kata Abbas kepada pemimpin lain Palestina yang bertemu di Kota Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan. Sementara itu, Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) dan pasukan Israel, Jumat, terus terlibat permusuhan untuk hari ketiga berturut-turut.
"Israel memiliki rencana untuk merusak proyek nasional Palestina," kata Abbas, sebagaimana dikutip Xihua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Sabtu siang. Ia menambahkan, "Semua yang dilakukan Israel ialah untuk menghalangi upaya Palestina ke PBB, tapi meskipun ada semua rencana ini, kami tetap akan pergi ke PBB pada 29 November."
Abbas mengungkapkan pada 29 November, Palestina akan langsung pergi ke Sidang Majelis Umum PBB untuk meminta pemungutan suara mengenai upaya Palestina guna meminta pengakuan sebagai "negara pengamat non-anggota".
Ia mengutuk serangan udara yang dilancarkan Israel ke Jalur Gaza yang hingga kini telah menewaskan 24 orang Palestina --12 warga sipil-- dan melukai lebih dari 250 orang. Ia mengatakan, "Agresi yang sedang berlangsung memperlihatkan Israel masih menolak hak kami."
"Israel harus memahami tanpa membuat perdamaian, negara itu takkan pernah menikmati keamanan, oleh karena itu Israel harus berhenti menumpahkan darah rakyat kami di Jalur Gaza," kata Abbas.
Ia juga mengatakan serangan Israel bukan hanya ditujukan kepada HAMAS, tapi juga terhadap rakyat Palestina, dan "kami mesti bersatu sebagai satu kesatuan". Ia menambahkan, "Kami harap akan ada upaya lagi untuk mencapai perujukan nyata."
Namun Abbas mengatakan ia berusaha menghubungi pemimpin HAMAS Khaled Meshaal "dan ia sibuk, lalu saya berusaha menghubungi Ismail Haneya untuk mendengar dari dia apa yang sedang terjadi dan ia tak menanggapi". (*)