Waspada Angin Puting Beliung
Kamis, 15 November 2012 7:50 WIB
Oleh Dr Ir Amien Widodo MSi *)
Saat ini musim hujan dan selalu bersamaan dengan itu diikuti angin kencang dan selalu juga diikuti robohnya rumah-rumah, pohon, papan reklame, bando, antena TV, bahkan atap SPBU, dan sebagainya.
Beberapa wilayah di Indonesia sudah merasakan ini seperti di Sumatera, Jawa Barat, sedangkan di Jawa Timur sudah merasakan ini seperti di Bojonegoro, Ngawi, dan sebagainya.
Angin ini sulit diprediksi kapan datangnya sehingga sementara ini dianggap "given", karena itu suatu daerah yang pernah dilewati angin kencang maka harus waspada dan siap siaga mengantisipasi angin yang sama di musim berikutnya.
Kalau kita amati dengan seksama maka tidak semua bangunan roboh/rusak karena angin ini, hanya beberapa saja, dengan kata lain ada masalah "internal" dengan bangunan/pohon yang roboh tersebut.
Analog dengan ini adalah serangan virus influenza yang biasanya juga datang pada saat musim pancaroba dan kita bisa lihat bahwa tidak semua orang terkena flu tapi hanya beberapa orang saja yang terkena dikarenakan kondisinya tidak fit.
Untuk itu kepada pihak yang bertanggung jawab terhadap bangunan tegakan seperti papan reklame, bando, baliho, antena TV, antena telekomunikasi, dan sejenisnya, maka sudah waktunya untuk melakukan pemeriksaan kondisi masing-masing bangunan itu.
Pemeriksaan itu, meliputi:
(1) umur bangunan, apakah masih layak apa tidak;
(2) tingkat kekeroposan bahan akibat korosi;
(3) kondisi mur baut, adakah yang kendor;
(4) apakah ada sambungan yang putus.
Hasil pemeriksaan ini diverifikasi oleh pihak yang berwenang. Kalau sekiranya bangunan itu sudah tidak layak mestinya segera dirobohkan dan diganti yang baru.
Demikian pula bagi pihak yang berwenang memelihara pohon, mulailah melakukan pemeriksaan terhadap pohon-pohon, terutama yang ada di tempat umum dan membahayakan aktivitas manusia kalau roboh. Tapi kalau pohon itu ada di hutan atau di gunung yang tidak ada aktivitas manusianya yang dibiarkan saja.
Beberapa kasus pohon tumbang disebabkan:
(1) pohon sudah tua, sudah tidak tumbuh lagi,
(2) keropos di bagian tengahnya dan batangnya mulai mengering,
(3) kanopinya terlalu lebar,
(4) penanaman awal bukan bibit tapi stek sehingga akar tunggang tidak ada,
(5) kondisi tanahnya yang sangat lunak,
(6) air tanahnya dangkal dan airnya asin sehingga akar tidak tumbuh ke bawah tapi ke samping,
(7) ulah manusia (dibakar, ditubruk mobil).
Kalau sekiranya kondisi pohon sudah rawan roboh dan membahayakan masyarakat di sekitarnya maka segera ditebang dan diganti yang baru.
Bagi masyarakat yang bermukim di sekitar bangunan tegakan dan atau pohon diharapkan ikut aktif mengamati dan segera melaporkan ke pihak yang berwenang sehingga bisa segera ditindak lanjuti. Mau ?! (*)
-------------------
*) Ketua Pusat Studi Kebumian, Bencana dan Perubahan Iklim ITS Surabaya. (*)