Surabaya - Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Perhiasan Emas dan Permata (Apepi) Iskandar Husin mengatakan investasi emas yang dilakukan masyarakat Indonesia bisa menjadi salah satu instrumen dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional. "Ketika krisis ekonomi moneter tahun 1998, beberapa negara sibuk dengan upaya memulihkan perekonomiannya. Tapi, Indonesia pada tahun 2002 perekonomiannya kian membaik, meskipun saat itu harga emas tinggi," katanya usai jumpa pers Pameran Perhiasan "17 th Surabaya International Jewellery Fair 2012" di Surabaya, Selasa. Menurut dia, krisis ekonomi moneter tahun 1998 juga memberikan pengalaman tersendiri bagi negara tetangga Indonesia maupun negara maju yang terkena dampak krisis ekonomi tersebut. "Kendati mengalami krisis ekonomi, pada tahun 1998 justru kemampuan investasi emas masyarakat Indonesia misalnya di Bekasi menghasilkan dampak positif, karena mereka banyak yang membeli sepeda motor," ujarnya. Hal tersebut, ungkap dia, juga terlihat pada masa kini mengingat investasi masyarakat Indonesia terhadap emas semakin meningkat seiring besarnya daya serap pasar perhiasan dan emas dalam negeri. "Kalau sebelum krisis ekonomi daya serap pasar perhiasan dan emas nasional hanya 10-15 persen, sekarang angkanya bisa lebih tinggi," katanya. Untuk di Surabaya, sesuai pengamatannya pertumbuhan penyerapan pasar perhiasan dan emas di Kota Pahlawan memang luar biasa. Bahkan, kota tersebut dikenal pasar internasional sebagai pusat emas perhiasan. "Kondisi ini bisa direalisasi karena perhatian yang diberikan Pemerintah Provinsi Jatim sangat besar. Salah satunya saat kegiatan ekspor pengusaha emas di Surabaya terkendala ke sejumlah pasar internasional," katanya. Sementara itu, "Chief Officer Marketing" PT Untung Bersama Sejahtera Surabaya, Catur Limas, membenarkan, sampai sekarang Surabaya banyak menjadi incaran pasar perhiasan dan emas dunia, karena mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaan mereka. "Dengan demikian, Surabaya menyumbang kontribusi besar bagi Indonesia sehingga bisa menggantikan posisi Italia sebagai pusat perhiasan kelas dunia. Apalagi, kini Italia menutup sekitar 30 pabrik perhiasan dan otomatis mesin yang mereka pakai mulai dibidik oleh pengusaha Indonesia," katanya. Mengenai pasar potensial perhiasan dan emas nasional, lanjut dia, selama ini Amerika, China, dan Vietnam. Masyarakat Amerika banyak meminati produk Indonesia meskipun tidak menjadikan emas sebagai barang investasi. Namun lebih menggemari emas menjadi aksesoris. "Sementara, selera masyarakat Vietnam terhadap perhiasan dan emas hampir sama dengan pasar nasional sedangkan pasar China menyukai perhiasan dan emas yang jenis rantainya besar," katanya. Khusus pasar perhiasan dan emas Amerika, ia mengemukakan, biasanya UBS memproduksi produk yang beratnya ringan dan ukurannya besar. Permintaan itu dapat dipenuhi mengingat ada 5.000 model baru yang diproduksinya setiap bulan. (*)
Investasi Emas Jaga Stabilitas Ekonomi Nasional
Selasa, 23 Oktober 2012 21:43 WIB