AMAK Tuntut Polisi Usut Bentrok Antarperguruan Silat
Minggu, 21 Oktober 2012 17:22 WIB
Ponorogo - Ratusan massa aliansi masyarakat antikriminalisme (AMAK), Minggu, berunjuk rasa di depan Mapolsek Balong, Kabupaten Ponorogo, menuntut pengusutan kasus perusakan disertai penjarahan yang diduga dilakukan oknum kelompok dua perguruan silat yang berseteru di daerah tersebut.
Massa yang turun ke jalan sembari membawa aneka poster kecaman atas rangkaian bentrok antarkelompok perguruan silat tersebut.
Mereka membubarkan diri setelah Wakapolres Ponorogo, Kompol Trisaksono Puspoaji menemuinya dan berjanji mengusut tuntas kasus bentrok antarkelompok pendekar yang berimbas pada aksi perusakan dan penjarahan di daerah Balong dan Jambon, beberapa waktu lalu.
"Aparat kepolisian harus bertindak tegas dalam mencegah berlanjutnya aksi teror dan kekerasan yang membuat masyarakat akhir-akhir ini resah," seru koordinator aksi, Makruf.
Ia mengungkapkan, dalam aksinya massa menuntut lima hal, yaitu tentang perlunya penegakan hukum demi keutuhan NKRI, tidak adanya tebang pilih dalam penanganan kasus kriminalisme, netralitas polisi dalam menangani kasus kekerasan, dan meminta jaminan keamanan pada polisi untuk semua masyarakat.
"Poin yang paling penting adalah meminta pihak kepolisian untuk segera mengusut tuntas pelaku pengrusakan yang ada di Kecamatan Balong dan Jambon serta mengusut pelaku penjarahan," kata Makruf menegaskan.
Rangkaian insiden kekerasan terjadi selama beberapa pekan terakhir dengan melibatkan kelompok perguruan silat tertentu.
Beberapa desa di Kecamatan Balon dan Jambon beberapa kali diserang oleh gerombolan pendekar dari kelompok perguruan silat tertentu di daerah tersebut.
Informasinya, penyerangan yang telah terjadi berkali-kali itu dipicu oleh perseteruan antara dua kelompok perguruan silat dengan massa terbesar yang ada di Ponorogo.
Tidak hanya terlibat aksi saling serang fisik, belakangan masing-masing kelompok mulai melakukan penyerangan dengan cara merusak dan menjarah rumah penduduk yang desanya diidentifikasi sebagai "markas" kelompok musuh.
Kondisi yang mencekam selama beberapa pekan ini membuat warga resah dan tidak puas dengan kinerja aparat kepolisian setempat.
"Kami sudah membentuk tim untuk memburu pelaku-pelaku kerusuhan dan pengrusakan. Mereka sudah bisa kami identifikasi," kata Wakapolres.
Selain itu, lanjutnya, polisi masih melakukan pemeriksaan atas seluruh saksi-saksi. Jumlah saksi ini menurut wakapolres mencapai belasan orang dari kedua perguruan.
"Kami sudah identifikasi dengan mengacu keterangan sejumlah saksi mata dan berdasar data kendaraan-kendaraan yang digunakan untuk melakukan penyerangan," tandasnya. (*)