Monyet dan Babi Hutan Serang Ladang Penduduk
Minggu, 16 September 2012 16:14 WIB
Pacitan - Kawanan monyet dan babi hutan turun gunung dan menyerang ladang pertanian penduduk seiring kekeringan dan kebakaran hutan yang melanda wilayah Pacitan, Jawa Timur.
ANTARA di Pacitan, Minggu melaporkan, intensitas serangan dua jenis binatang tersebut terus meningkat selama dua bulan terakhir.
Belum ada data resmi dicatat oleh Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan setempat mengenai gangguan hama dari dalam hutan dan pegunungan tersebut.
Namun menurut keterangan sejumlah warga, intensitas serangan hama monyet maupun babi hutan hampir setiap hari terjadi namun dengan area sasaran berbeda-beda.
"Frekwensi serangan paling tinggi terjadi di ladang ataupun lahan pertanian yang berada di kaki gunung atau bukit," tutur salah seorang petani di Desa Sukoharjo, Kecamatan Pacitan.
Ia menyebutkan, lokasi ladang/sawah yang dekat dengan sarang monyet maupun babi hutan menyebabkan daerah ini acapkali menjadi sasaran binatang buas yang diduga tengah kelaparan karena kehabisan stok makanan di dalam belantara hutan.
Sejumlah petani sebenarnya telah berupaya melakukan upaya penangkalan, di antaranya dengan memasang jebakan terbuat dari anyaman bambu.
Namun perangkap itu tidak selalu efektif dalam menangkal serangan kawanan monyet dan babi hutan yang biasanya datang dalam jumlah belasan atau bahkan puluhan tersebut.
Menurut Sulkan, petani lain di Desa Lorok, Kecamatan Ngadirojo, tanaman yang kerap menjadi sasaran serangan hama monyet dan babi hutan adalah jenis palawija, seperti kedelai, jagung, kacang, dan semangka.
Biasanya hewan-hewan tersebut muncul ketika tengah hari atau sore menjelang petang. Waktu-waktu seperti itu dipilih kawanan monyet karena ladang sedang sepi setelah ditinggal pemiliknya beristirahat dan pulang ke rumah.
Berbeda dengan monyet, babi hutan biasanya muncul pada malam hari. Meski sesekali juga terlihat, sangat jarang babi hutan beraksi saat siang hari.
Biasanya babi hutan turun ke ladang atau kawasan pemukiman untuk mencari sumber air untuk berkubang sekaligus minum.
Sejauh ini belum ada kasus serangan babi hutan terhadap warga. Namun, keberadaan binatang buas ini tetap saja membuat warga sekitar was-was.
Selain faktor kekeringan, munculnya kedua binatang liar tersebut diduga juga dipicu terjadinya kebakaran hutan. (*)