Komikus Antiradikalisasi Ikuti Pekan Komik Nasional 2012
Kamis, 6 September 2012 16:50 WIB
Surabaya - Komikus opini antiradikalisasi dari Malang, Aji Prasetyo, mengikuti Pekan Komik Nasional (PKN) 2012 di Atrium Tunjungan Plaza 1, Lantai LG, Surabaya, 5-9 September.
"Mas Aji Prasetyo merupakan salah satu dari tujuh peserta Pekan Komik Nasional 2012," kata ketua panitia PKN 2012 dari Universitas Kristen Petra Surabaya, Amelia, di Surabaya, Kamis.
Mahasiswi Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) UK Petra Surabaya itu menjelaskan tujuh peserta itu antara lain dari Lesehan Studio (Yogyakarta) dan Seven Art Line (Jakarta).
"Pesertanya memang ada yang dari studio, tapi peserta individual juga ada, seperti Aji Prasetyo dari Malang dan Is Yuniarto dari Surabaya," katanya.
Menurut dia, masyarakat tentu masih ingat tokoh 'Gundala Putra Petir' karya Hasmi, 'Panji Tengkorak' karya Hans Jaladara, atau 'Si Buta Dari Goa Hantu' karya Ganes TH.
"Tapi, PKN untuk komikus baru dari generasi 1990-2000, karena target kami memang mengangkat kembali dunia komik Indonesia yang kini sudah mulai menggeliat lagi," ujarnya.
Oleh karena itu, PKN yang ketiga kalinya setelah PKN 2001 dan PKN 2006 itu juga menggelar lomba dan seminar untuk pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Seminar tentang ilustrasi karakter komik dibawakan oleh komikus Rudi Siswanto di Ruang Audio Visual Gedung T 502 Kampus UK Petra pada 5 September lalu.
"Ada pula seminar tentang 'background' komik oleh John Reinhard di Atrium Tunjungan Plaza 1 lantai LG pada 6 September, sedangkan tanggal 7 dan 8 September untuk workshop dari sejumlah komikus juga," katanya.
Secara terpisah, komikus opini antiradikalisasi dari Malang, Aji Prasetyo, menilai Pekan Komik Nasional (PKN) 2012 masih kental dengan goresan ala Jepang.
"Tapi, saya kira PKN sudah mendorong minat anak-anak muda terhadap komik, bahkan saya menangkap kerinduan terhadap Indonesia juga mulai ada, seperti komik 101 Hantu Indonesia yang laris hingga empat kali cetak," katanya.
Dalam kesempatan itu, Aji Prasetyo yang berasal dari Madiun itu memajang komik opini yang mengkritisi pemahaman agama yang radikal dengan menggoreskan diskursus teror dan jihad dalam komiknya.
Selain itu, Aji Prasetyo juga membawa buku kumpulan komik opini yang menyoroti banyak hal, termasuk antiradikalisasi. "Buku ini sempat didemo aktivis FPI, sehingga penerbitnya tidak mau ambil risiko dengan menariknya dari peredaran," katanya. (*)