Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza Ul Haq mengingatkan agar teknologi di bidang pendidikan digunakan sebagai alat pemacu kemajuan pendidikan, jangan sampai menggantikan peran guru.
"Pendidikan bisa diakselerasi lewat teknologi. Teknologi bisa menjadi alat untuk memacu kemajuan pendidikan. Penting juga diingatkan bahwa jangan sampai teknologi justru men-subordinasi peserta didik dan tenaga pendidik. Jangan sampai teknologi menggantikan peran guru," kata Wamen Fajar, dikutip dari keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ia menyampaikan di tengah pemanfaatan teknologi itu, cara mempertahankan perannya antara lain, guru harus tetap menjadi aktivator pembelajaran yang mampu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, bermakna, dan penuh kesadaran (joyful, meaningful, and mindful).
"Guru harus menjadi aktivator pembelajaran. Ia harus memiliki kesadaran untuk menciptakan lingkungan yang joyful, meaningful, dan mindful,” kata dia.
Hal tersebut disampaikan Wamen Fajar ketika membuka kegiatan “Monitoring dan Evaluasi Kesiapan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Penerima Program Bantuan Digitalisasi Pembelajaran Tahun 2025 & Evaluasi Implementasi Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023” di Sleman, Yogyakarta.
Berikutnya, ia menyampaikan bahwa digitalisasi pendidikan pada dasarnya dapat mengakselerasi peningkatan literasi dasar, termasuk literasi Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) di Indonesia. Digitalisasi pendidikan di tanah air, kata dia, dilakukan melalui program distribusi smart board ke berbagai lembaga pendidikan, termasuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.
“Presiden percaya bahwa digitalisasi pendidikan akan mengakselerasi peningkatan literasi dasar pendidikan kita, terutama STEM. Dalam rangka itulah, Kemendikdasmen meluncurkan program digitalisasi pendidikan yang salah satunya adalah distribusi smart board ke berbagai lembaga pendidikan,” kata Fajar.
Fajar pun menekankan bahwa pendistribusian "smart board" bukan sekadar pengadaan teknologi canggih, melainkan juga sebagai bagian dari transformasi pendidikan agar peserta didik mendapatkan pembelajaran yang mendalam dan relevan dengan kehidupan mereka.
Dia juga mengingatkan pentingnya monitoring dan evaluasi untuk memastikan perangkat yang telah dibagikan itu dapat dimanfaatkan secara optimal dan tidak hanya menjadi pajangan di gudang sekolah.
“Monev inilah yang nanti akan menjadi batu uji untuk melakukan asesmen di tempat-tempat lain. Jangan sampai dengan adanya peralatan yang canggih ini justru tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan malah hanya menjadi pajangan di gudang sekolah,” ujarnya.
