Ibas Kunjungi Sentra Perajin Keripik Tempe Ngawi
Kamis, 9 Agustus 2012 20:25 WIB
Ngawi - Anggota DPR RI Dapil VII Jawa Timur, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) mendorong produktivitas sentra keripik tempe di Dusun Sadang, Desa Karang Tengah Prandon, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
"Kualitas keripik tempe hasil produksi Kabupaten Ngawi sudah dikenal luas ke daerah-daerah lain sehingga patut dikembangkan dan menjadi perhatian pemerintah," kata Ibas di sela kunjungannya di sentra keripik tempe Desa Karang Tengah Prandon Kabupaten Ngawi, Kamis.
Ia mengatakan,"Saya melihat kualitas olahan keripik tempe asal Kabupaten Ngawi yang sudah dikenal sampai ke sejumlah wilayah. Tentunya, potensi ini harus ditingkatkan dengan memperluas jaringan pemasaran produk keripik tempe Ngawi."
Menurut dia, dorongan tersebut dapat diwujudkan dengan dukungan pemerintah daerah untuk merangkul mulai dari petani kedelai, produsen tempe, hingga keripik tempe untuk bersama-sama mengoptimalkan produktivitasnya.
"Harus dapat disinergikan masing-masing elemennya agar manfaat pengembangannya dapat dirasakan, khususnya untuk meningkatkan perekonomian di tingkat lokal karena menjadi mata pencaharian masyarakat. Untuk itu saya mendorongnya," kata dia.
Ibas juga menyinggung potensi Ngawi sebagai penyangga produksi kedelai di Jawa Timur. Pihaknya mengapresiasi penerapan strategi perluasan areal tanam komoditas kedelai melalui kerja sama dengan Dinas Kehutanan setempat dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang telah berlangsung di Kabupaten Ngawi.
"Lebih luasnya, Ngawi harus menjadi salah satu wilayah pembuka peluang swasembada kedelai dan menjadi daerah percontohan untuk wilayah lain. Potensi dan peluang itu ada. Untuk itu, kita mendorong agar petani di Ngawi bisa melihat potensi ini dan benar-benar memanfaatkannya dengan baik," kata politikus Partai Demokrat ini.
Ia menilai pemanfaatan lahan kehutanan untuk ditanami kedelai akan mendorong peningkatan produksi kedelai. Hal ini sebagai satu peluang, khususnya bagi Pemerintah Kabupaten Ngawi untuk mendapat perhatian dari pusat.
Terkait dengan gejolak kenaikan harga kedelai dewasa ini, Ibas melihat sejumlah faktor yang menjadi penyebab. Salah satunya, karena faktor cuaca yang menyebabkan penurunan produksi kedelai di dunia.
Kenaikan harga kedelai, lanjut dia, memang menarik perhatian kita semua karena kedelai merupakan bahan dasar produk-produk makanan yang menjadi selera sebagian besar masyarakat Indonesia, seperti tempe.
"Tempe juga menjadi makanan favorit saya. Selain tingginya permintaan menjelang Lebaran, ada faktor lain yang menyebabkan harga kedelai melonjak naik. Produksi kedelai di tingkat global juga mengalami penurunan akibat anomali cuaca," ujarnya.
Meski demikian, Ibas justru melihat peluang komoditas itu bisa menjadi primadona penopang perekonomian petani kedelai. Hanya saja, Ibas mengingatkan keseriusan petani, pemerintah daerah, dan pusat harus selaras dengan program yang propetani.
"Terlepas dari itu semua, saya optimistis kita bisa memanfaatkan ini menjadi peluang yang baik untuk menyejahterakan petani Indonesia. Kalau kita dukung dengan berbagai kebijakan yang propetani, tentu petani akan kembali menggarap lahan pertaniannya untuk tanaman kedelai," katanya.
Pihaknya juga mendorong agar regulasi yang propetani serta inovasi-inovasi di bidang pertanian terus dikembangkan untuk membantu kaum petani semain produktif.
Pemerintah saat ini, kata dia, sedang berkosentrasi untuk penyiapan lahan pertanian yang kini semakin merosot. Departemen Pertanian juga terus mendorong munculnya varian-varian kedelai baru yang semakin berkualitas dan tahan dengan cuaca ekstrim.
"Saya mendukung semua upaya pemerintah tersebut lewat regulasi yang propetani. Ini semua merupakan rangkaian upaya kita bersama menuju swasembada kedelai," demikian Ibas. (*)