Jakarta (ANTARA) - Persaingan sengit antara Jannik Sinner dan Carlos Alcaraz akan memuncak di babak final Grand Slam untuk pertama kalinya di Roland Garros, Minggu.
Sebagai petenis peringkat teratas dalam ATP, Sinner sedang mengejar gelar Roland Garros pertamanya dan trofi Grand Slam ketiga berturut-turut setelah kemenangannya di US Open tahun lalu dan Australian Open pada Januari lalu.
Namun, Alcaraz memiliki banyak alasan untuk percaya bahwa ia dapat menghentikan raksasa Grand Slam asal Italia itu di Lapangan Philippe-Chatrier. Petenis Spanyol itu adalah juara bertahan, pemenang empat kali turnamen major, dan memasuki pertarungan di Paris dengan empat kemenangan beruntun head to head melawan Sinner.
"Ini menyenangkan dan tidak menyenangkan," canda Sinner, yang tertinggal 4-7 dari Alcaraz dalam head to head, saat ditanya tentang menghadapi Alcaraz, dikutip dari ATP, Minggu.
"Ini dua arah, tetapi saya pikir kami mencoba untuk memacu diri dengan cara sebaik mungkin. Saya percaya ketika ada pertandingan yang bagus, bermain juga menyenangkan. Tidak hanya untuk ditonton, tetapi juga untuk dimainkan. Ini sangat istimewa."
"Dan panggungnya, menjadi lebih besar sekarang. Final Grand Slam melawan Carlos, ini adalah momen istimewa bagi saya dan juga baginya," ujar petenis berusia 23 tahun itu.
"Dia menang di sini tahun lalu, jadi mari kita lihat apa yang akan terjadi. Tapi yang pasti, ketegangan yang Anda rasakan sebelum dan selama pertandingan sedikit berbeda, karena kami berdua sangat muda, kami berdua berbeda, tetapi berbakat."
Selain menjadi babak terbesar dari persaingan Sinner-Alcaraz, final hari Minggu juga akan memiliki implikasi signifikan bagi pertarungan Sinner dan Alcaraz di peringkat ATP.
Jika Sinner mengangkat piala Mousquetaires untuk pertama kalinya, ia akan menegaskan kembali otoritasnya sebagai petenis nomor satu dunia pada Senin (9/6), mengungguli petenis nomor dua Alcaraz dengan selisih 3.430 poin.
Namun, jika petenis Spanyol itu memperpanjang rentetan kemenangannya melawan Sinner untuk mempertahankan gelarnya, ia akan memangkas keunggulan petenis Italia itu menjadi 2.030 poin.
Faktor-faktor tersebut menjadikan ini momen besar bagi kedua petenis dalam konteks persaingan mereka. Dengan kemenangan, Alcaraz akan mempertahankan cengkeramannya pada head to head mereka, dan melanjutkan usahanya untuk kembali ke peringkat satu dunia.
Sementara, jika Sinner menang, ia akan mendapatkan kembali momentumnya dan dengan itu membuat pernyataan besar dengan mengklaim tiga gelar major berturut-turut.
Sinner tampil layaknya petenis terbaik dunia sejauh ini di Roland Garros, di mana ia melaju ke final tanpa kehilangan satu set pun.
Petenis Italia itu memiliki catatan 18-1 tahun ini, menurut Indeks Menang/Kalah ATP Infosys, dan ia berada dalam 20 kemenangan beruntun di turnamen major sejak awal perjalanannya meraih gelar US Open pada Agustus lalu.
"Ia adalah pemain tenis terbaik saat ini," kata Alcaraz tentang Sinner, yang dengan mudah mengalahkan juara tiga kali Novak Djokovic di semifinal.
"Maksud saya, ia menghancurkan setiap lawan."
Namun, perlu dicatat, satu-satunya kekalahan Sinner musim ini terjadi dalam satu-satunya pertemuannya di level tur dengan Alcaraz.
Di final Internazionali BNL d'Italia bulan lalu di Roma, Alcaraz memberikan penampilan berkualitas tinggi tanpa henti untuk menang 7-6(5), 6-1 dan menggagalkan impian Sinner untuk mengangkat trofi di ajang ATP Masters 1000 di kandangnya sendiri untuk pertama kalinya.(*)