Kediri (ANTARA) - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, mengungkapkan bahwa pelaku mode selain paham tentang cepatnya mode berkembang juga harus peduli kepada lingkungan.
Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati mengemukakan saat ini dunia sedang dihadapkan oleh isu tentang fast fashion atau mode cepat dan dampaknya pada lingkungan.
"Fast fashion tiap hari bahkan tiap bulan selalu berganti. Situasi ini juga banyak membawa dampak terhadap lingkungan seperti pencemaran terhadap air, tanah dan adanya emisi karbon yang tinggi," katanya di Kediri, Senin.
Ia menambahkan, saat dahulu produksi pakaian cenderung lebih lambat dan fokus pada kualitas karena dibuat dengan tangan.
Namun saat ini, industri mode untuk produksinya juga menggunakan mesin yang lebih modern, sehingga sehari dapat mencetak lebih banyak produk.
Ia mengatakan produksi dengan menggunakan tangan dan produksi menggunakan mesin juga ada perbedaannya.
Jika menggunakan tangan biasanya lebih awet dan tahan lama. Sedangkan dengan mesin, seringkali membawa dampak pada lingkungan dan membawa dampak pada kualitas pakaian.
“Mungkin sebagian dari masyarakat masih mengalami harus kirim kain dulu ke penjahit, ukur badan dan memilih mode sesuai kebutuhan. Tradisi ini sepatutnya kita jaga bersama. Selain untuk penghormatan pada kekayaan budaya Indonesia, hal ini juga mendukung bidang fesyen yang berkelanjutan dan berfokus pada kesejahteraan manusia,” kata dia.
Kota Kediri, kata dia, juga memiliki wastra otentik yang perlu dibudayakan.
Dirinya mengapresiasi kegiatan Inkubasi Kreasi Wastra Mataraman Berkelanjutan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri.
Kegiatan yang mengambil tema "Modesty Innovation With Wastra: Integrating Sustainability Into Local Wisdom" ini sangat positif.
Ia mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Bank Indonesia Wilayah Kediri yang telah menginisiasi adanya kegiatan ini.
"Karena inkubasi ini tidak hanya berfokus pada bagaimana mengembangkan bisnis, tetapi juga tetap memperhatikan kontribusi positif terhadap lingkungan," kata dia.
Mbak Wali, sapaan akrabnya juga berharap seluruh peserta inkubasi dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dengan baik, hingga sukses mewujudkan karya desain busana yang akan ditampilkan pada Karya Kreatif Mataraman, bulan Juni 2025.
“Semoga hasil karya para peserta bisa menunjukkan ciri khas dari Kota Kediri. Agar kita bisa bersama-sama menampilkan dan memperkenalkan budaya yang ada di Kota Kediri,” kata dia.
Inkubasi Kreasi Wastra Mataraman Berkelanjutan merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh BI Kediri.
Dari 90 peserta yang mendaftar untuk mengikuti acara ini, terpilih 30 peserta yang terdiri dari pelaku UMKM, pelajar dan masyarakat umum yang memiliki kemampuan di bidang fesyen.
Para peserta berasal dari berbagai daerah seperti Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Blitar dan Kota Blitar.