Malang - Manajemen Arema Indonesia menilai bahwa PSSI dan PT Liga Primer Indonesia Sportindo (LPIS) tidak profesional dalam menjalankan regulasi kompetisi. Manajer Arema LPI Brillyanes Sanawiri, Selasa, mengemukakan, ada dua masalah yang seharusnya tidak terjadi pada liga profesional, yakni kesalahan nomor pertandingan yang seharusnya 49, namun ditulis 46. "Selain itu, PT LPIS juga mengeluarkan surat larangan pertandingan bagi lima pemain Arema dan tiga pemain Bontang FC, namun surat tersebut tertulis untuk pertandingan pada 30 Maret lalu. Sekarang ini kan Juli, apa ini yang dinamakan profesional," tegasnya. Surat yang dikirim oleh LPIS, katanya, cukup menggelitik, sebab dulu ada lima pemain Arema tak boleh main di partai tunda yang seharusnya dilaksanakan 30 Maret lalu. Tetapi, sekarang diberlakukan lagi dengan surat yang tanggal dan bulannya sama (tetap Maret). Dengan fakta-fakta itu, tegasnya, menilai LPIS dan PSSI tak bisa menjalankan kompetisi secara profesional. Bahkan, ada beberapa kejadian lain yang juga tidak masuk akal, seperti keputusan pemberian kemenangan WO untuk Persebaya karena PSMS tak hadir saat pertandingan. Seharusnya, lanjutnya, yang diberi kemenangan WO itu adalah PSMS, karena Persebaya tak mampu menyelenggarakan pertandingan. Sebab, PSMS hanya terlambat datang dan langsung dinyatakan WO. Sementara Bontang pada putaran pertama tidak datang ke Malang (pada dua kali partai tunda terakhir), Arema tidak mendapatkan WO dan tetap harus menjalani partai tunda. "Ini kan aneh, sehingga muncul pandangan jika Arema sengaja dikerjai agar prestasinya jeblok dan tidak sampai menembus posisi runner up, bahkan juara," ujarnya. (*)
Manajemen Arema: PSSI dan LPIS Tak Profesional
Selasa, 17 Juli 2012 9:25 WIB