Pemkab Bojonegoro Dukung Pembangunan Waduk Karangnongko
Jumat, 29 Juni 2012 21:22 WIB
Bojonegoro - Pemkab Bojonegoro mendukung rencana pembangunan Waduk Karangnongko, Bengawan Solo di daerah setempat yang diprogramkan Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jateng.
Kepala Dinas Pengairan Bojonegoro Zainal, dalam dengar pendapat dengan Pansus I dan II DPRD, Jumat, mengatakan, rencana pembangunan Waduk Karanongko Bengawan Solo itu, mulai dikoordinasikan dengan Pemkab Ngawi dan Blora, Jateng.
Masalahnya, lanjutnya, genangan Waduk Karangnongko, tidak hanya di wilayah Bojonegoro, namun juga di Ngwi dan Blora, Jateng.
"Tampungan air Waduk Karangnongko sekitar 73 juta meter kubik, bisa dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan air irigasi pertanian, bukan sebagai pengendali banjir," katanya, menjelaskan.
Namun, lanjutnya, Waduk Jipang Bengawan Solo, juga di perbatasan Jatim dan Jateng, bisa berfungsi mengendalikan banjir, sekaligus mampu mencukupi kebutuhan air irigasi pertanian.
Selain itu, lanjutnya, Balai Besar Bengawan Solo juga memprogramkan membangun Waduk Gonseng, di Dusun Gonseng, Kecamatan Temayang, yang mampu menampung air hujan sekitar 23 juta meter kubik.
"Waduk Gonseng masih dalam proses sosialisasi kepada masyarakat untuk pembebasan tanah baik milik masyarakat maupun Perhutani yang akan dimanfaatkan lokasi Waduk Gonseng," paparnya.
Lebih lanjut Ia menjelaskan, pihaknya juga memprogramkan membangun embung di atas tanah "solo vallei werken (SVW) di wilayah selatan yang panjangnya mencapai 78 kilometer, dengan lebar berkisar 200 hingga 400 meter.
"Di sepanjang tanah SVW itu, sangat potensial dimanfaatkan sebagai embung untuk mencukupi kebutuhan air irigasi pertanian," katanya, menegaskan.
Sebelum itu, Anggota Pansus II DPRD Samsul Huda menyatakan, pemkab harus secepatnya mengantisipasi kesulitan kebutuhan air irigasi pertanian, karena pada kemarau selalu terjadi kekeringan yang melanda areal tanaman padi.
Ia mencontohkan, Waduk Pacal di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, satu-satunya waduk terbesar yang ada, sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan air irigasi pertanian di musim kemarau. (*)