Berbicara gedung-gedung tinggi menjulang, hampir semua kota metropolitan di dunia memilikinya. Namun tentunya hanya sebagian saja yang memiliki gedung tertinggi di dunia.
Salah satunya Distrik Xinyi, Taipei, sebuah kawasan di Taiwan. Di sana terdapat pencakar langit setinggi 508 meter atau 1.667 kaki bernama "Taipei 101". Bahkan gedung bernama resmi Gedung Finansial Internasional Taipei tersebut tercatat sebagai gedung tertinggi di dunia kedua, setelah Burj Khalifa, di Dubai, Uni Emirat Arab.
Taipei 101 memiliki keunggulan fiber optik dan hubungan internet satelit yang dapat mencapai kecepatan satu gigabyte per detik. Bangunannya dirancang menyerupai bentuk bambu.
Sebuah pendulum berwarna emas seberat 800 ton dipasang di lantai 88, menstabilkan menara ini terhadap goyangan yang timbul dari gempa bumi, angin topan maupun gaya geser dari angin.
"Taipei sebuah wilayah yang sangat akrab dengan gempa bumi. Selama setahun, ratusan kali gempa bumi terjadi. Tapi semua dianggap kawan, dan kami sudah biasa. Sehingga semua gedung harus kuat dan tahan gempa, termasuk Menara 101 ini," ujar warga Taiwan, Abbun.
Sedangkan, luas total menara ini 450.000 meter persegi, dengan 214.000 meter persegi untuk fasilitas perkantoran, 77.500 meter persegi untuk kebutuhan komersial. Kemudian 73.000 meter persegi lainnya untuk area parkir.
Arsitek bangunannya sangat mirip tongkat bambu, yakni kecil, ramping, menjulang ke atas di belantara padatnya gedung-gedung penyangga langit di Distrik Xinyi, Taipei.
Setiap delapan lantai ada sabuknya, naik delapan lantai lagi, ada sabuk lagi, dan seterusnya. Yang pasti, belum lengkap rasanya ke Taipei tanpa mengunjunginya. Ibaratnya, sayur tanpa garam atau bahkan kopi tanpa gula. Kurang klop...!!
Ingin naik ke puncak gedung? Semua bisa mencobanya. Proses pembelian tiket masuk bisa dilakukan di lantai lima gedung. Setiap pengunjung masuk, harus melalui eskalator atau lift menuju lantai lima.
Tidak hanya perkantoran, di gedung itu juga terdapat mal yang semua orang bisa berekreasi sambil belanja. Pembelian tiket di "obsevatory" lantai lima mulai pukul 10.00 – 22.00 waktu setempat.
Harganya bervariasi, mulai NT$400 atau Rp140.000 (kurs Rp350 per NT$ 1,-) perorang untuk dewasa serta NT$370 (Rp129.500) untuk anak di bawah usia 12 tahun. Sedang untuk rombongan yang jumlahnya minimal 20 orang, ada potongan harga menjadi NT$350 (Rp122.500) per orang.
Jika berkunjung pada akhir pekan, pemandangan antrean panjang sudah bukan hal yang aneh. Antrean hingga ratusan meter merupakan hal yang lumrah karena banyaknya pengunjung ingin naik ke lantai 89.
Ya, di lantai 89 adalah satu-satunya lokasi yang digunakan area wisata. Tidak hanya menyuguhkan Kota Taipei dari atas, di lantai itu juga ada tempat berbelanja souvenir, teropong, kafe, serta tempat santai.
Salah satu wisatawan asal Indonesia, R. Agung Permadi, mengaku sangat terkesima dengan bangunan Taipei 101. Dari luar, gedung tersebut sangat megah dan kuat.
"Kalau ke Taipei tidak naik menara 101, jangan bilang pernah ke sini. Saya rela antre meski ratusan meter dan naik lift bergantian," tukasnya.
Ya, pengunjung akan secara bergantian naik dua lift khusus yang sudah disiapkan. Pengunjung tidak bisa menaiki lift sembarangan untuk bisa ke puncak. Sekitar 15-20 orang secara bergantian naik lift kilat yang kecepatannya hanya 37 detik saja untuk sampai ke puncak.
Bahkan, bisa dicatatkan bahwa lift tersebut yang tercepat di dunia karena kecepatan maksimumnya mencapai 1.010 m/min (63 km/jam atau 39 mil/jam) yang membawa pengunjung dari lantai lima ke lantai 89.
Berada di dalam lift, tidak ada yang berbeda dari naik lift pada umumnya. Bentuknya juga persegi dan sama dengan lift-lift lainnya. Yang membedakan, selain dijaga petugas, saat meluncur naik, lampu lift yang semula terang perlahan meredup hingga gelap. Namun, dengan disuguhkan musik-musik irama nan indah.
"Lho, ini sudah naik ya? kok tidak terasa saat meluncur? Seperti melesat ya? wusshh....." ucap Agung yang mengaku kaget ketika diberitahu petugas sudah harus keluar lift karena sudah berada di lantai 89.
"Sangat tidak terasa dan cepat sekali. Tiba-tiba sudah ada di lantai atas," kata dia, menambahkan.
Di atas, pandangan mata tertuju kepada dinding-dinding yang terbuat dari kaca. Kota Taipei terlihat sangat elok dari ketinggian. Gedung-gedung pencakar langit hanya terlihat atapnya saja.
Kebetulan, saat itu sang mentari bersiap terbenam. Dari ufuk barat, cerahnya langit sore sangat tampak. Sinar yang biasa panas memancar, terlihat sejuk dan tidak ingin melihat sang surya segera tenggelam.
Per lahan, matahari pun hilang. Sore berganti malam dan tidak ada lagi pancaran terang. Jauh di bawah mata memandang, beruntung lampu-lampu kota berkerlap-kerlip. Membuat indahnya pemandangan tak hilang meski malam, bahkan tampak semakin memesona.(*)
Melesat 37 Detik di Taipei 101
Jumat, 22 Juni 2012 14:52 WIB
