Ical : Lapindo Tidak Dapat Menyetop Kemajuan Golkar
Rabu, 20 Juni 2012 18:03 WIB
Madiun - Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie menyatakan kasus lumpur Sidoarjo (Lapindo) tidak dapat menyetop atau menghentikan kemajuan yang diraih oleh Partai Golkar saat ini.
"Kalau ditanya apakah lumpur Sidoarjo ada dampaknya bagi elektabilitas Partai Golkar, jawabnya ada. Tapi hal itu tidak dapat menyetop kemajuan Partai Golkar," ujarnya di hadapan ratusan kader Golkar saat mengadakan kunjungan di Desa Kaibon, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Jatim, Rabu.
Jawaban tersebut diberikan oleh Aburizal Bakrie saat menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh salah satu kadernya yang merasa kasus lumpur Sidoarjo akan menjadi "duri" dalam langkah calon presiden tersebut saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.
Menurut Aburizal Bakrie, bukti kasus lumpur Sidoarjo tidak dapat menghentikan elektabilitas Partai Golkar adalah capaian hasil survei oleh sejumlah lembaga penelitian yang terus meningkat.
"Dari hasil 14 persen, Golkar terus naik. Setiap ada survei tiga bulan sekali, dia terus naik hingga saat ini mencapai lebih dari 20 persen. Bahkan di Jawa Timur termasuk Sidoarjo, hasil survei yang ada, popularitas Golkar telah mencapai 23-25 persen," kata dia.
Ia menilai permasalahan seputar lumpur Sidoarjo tersebut terus mengemuka, karena ada pihak-pihak tertentu yang mempolitisasi dan menyebarkan fitnah.
Padahal, secara hukum, sesuai putusan Mahkamah Agung tanggal 14 Desember 2007, PT Lapindo Brantas dinyatakan tidak bersalah dan tidak diwajibkan bertanggung jawab, sebab semburan lumpur panas di Sidoarjo tersebut dinyatakan sebagai bencana alam dan menjadi tanggung jawab pemerintah.
Meski diputuskan tidak bertanggung jawab atas bencana alam itu, pihaknya menyatakan bahwa keluarga besar Bakrie mengganti kerugian yang dialami korban lumpur Sidoarjo dengan nilai total mencapai Rp9 triliun.
"Hal tersebut sesuai dengan wasiat almarhumah ibu saya yang meminta tetap melaksanakan jual-beli tanah tanpa peduli keluarga Bakrie salah ataupun benar," kata politisi yang akrab disapa Ical itu.
Uang sebesar itu digunakan membeli tanah milik warga yang berada di dalam peta terdampak, yang nilainya mencapai 20 kali lipat dari nilai jual objek pajak (NJOP).
"Itu bukan ganti-rugi, tetapi jual-beli. Itu semua dari kantong sendiri yakni dari uang keluarga Bakrie. PT Lapindo Brantas tidak punya uang sebanyak itu," jelasnya.
Pihaknya menargetkan akan menyelesaikan seluruh proses jual-beli tanah milik para korban lumpur Sidoarjo pada akhir tahun ini. Dari jumlah Rp9 triliun tersebut, masih tersisa tanggungan sebesar Rp900 miliar. (*)