Denpasar (ANTARA) - Kepala Kelompok Kerja BMKG Wilayah III I Nyoman Gede Wiryajaya meminta jajaran penyelenggara Pilkada Serentak 2024 di Provinsi Bali agar dapat memanfaatkan sistem prakiraan cuaca secara daring melalui aplikasi bmkg.co.id. guna mengetahui informasi secara detail.
“Dalam sistem aplikasi ini termuat detail prakiraan cuaca hingga tingkat desa/kelurahan," kata I Nyoman Gede Wiryajaya dalam rapat koordinasi bersama KPU Bali di Denpasar, Senin.
Dia berharap informasi dari BMKG ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengurangi risiko bencana dan bisa dimanfaatkan untuk kelancaran perhelatan dalam Pilkada Serentak 2024.
"Bisa langsung ketik kelurahan atau desanya (saat akses sistem) akan muncul prakiraan sampai tujuh hari ke depan dan per harinya, apabila dipilih maka akan muncul prakiraan per jam yang diperbaharui setiap 12 jam sekali,” katanya.
Ia menyampaikan bahwa kondisi peralihan menuju musim penghujan ini beragam di Provinsi Bali, bahkan di satu sisi seperti Bali bagian barat belum semua wilayahnya memasuki musim penghujan.
BMKG Wilayah III memetakan sejumlah faktor yang membuat mereka tidak bisa menjawab utuh kondisi saat pemungutan suara Pilkada Serentak 2024 nanti, seperti faktor global, faktor regional, dan faktor lokal.
“Kalau ditanyakan hujan tidak tanggal 27 November, wilayahnya bervariasi, yang mempengaruhi iklim macam-macam, ada faktor El Nino berkurangnya curah hujan dan La Nina penambahan curah hujan dari normalnya, ada faktor musim hujan dan kemarau, juga faktor lokal topografis dan geografis tempat,” ujar Wirya.
Menurut dia, hal yang perlu diantisipasi saat pilkada adalah ketika ketiga faktor tersebut bertumpuk, sehingga kerja sama BMKG dengan BPBD sangat diperlukan dalam hal penanggulangan bencana.
"Salah satu kondisi variatif yang dilihat BMKG Wilayah III adalah masuknya musim hujan, namun suhu tinggi masih terjadi di Kota Denpasar," ujarnya.
Dari pantauan di Denpasar, beberapa hari terakhir suhu panas terjadi di ibu kota Provinsi Bali, dengan rata-rata menyentuh 35 derajat dan sempat mencapai 36 derajat beberapa waktu lalu.
"Normalnya adalah 32,9 derajat, jadi yang bisa disebut cuaca ekstrem apabila sudah tiga derajat di atas rata-ratanya, ini belum termasuk ekstrem walau memang kemarin saya cek tanggal 17 sempat masuk di angka 36 derajat,” kata Wirya.
Atas kondisi ini ia menyarankan masyarakat agar menyiapkan perlengkapan untuk hari pemungutan suara nanti, seperti membawa payung dan membawa minum sebagai antisipasi mengantri di TPS.
Sementara itu, Ketua KPU Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan menyampaikan bahwa penyelenggara pilkada mulai tingkat kabupaten hingga badan ad hoc telah memanfaatkan sistem BMKG.
Menurut dia, prediksi detail kondisi cuaca ini penting sebagai acuan awal mereka dalam proses distribusi logistik pilkada.
“Teman-teman di kabupaten dengan link yang diberikan BMKG sudah klik itu melihat jam berapa potensi hujan sebagai dasar pengiriman, seperti Buleleng, Karangasem, dan senagian Klungkung dipastikan tidak ada hujan, tapi Denpasar dan Jembrana potensi hujan maka kami ikuti itu tiap saat,” kata Lidartawan.(*)
Baca juga: BMKG: Senin ini cuaca Surabaya berpeluang udara kabur
Baca juga: Minggu, BMKG prakirakan cuaca sebagian besar wilayah Indonesia diguyur hujan