Bojonegoro - Jajaran Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro, Jatim, mewaspadai munculnya flu burung pada unggas setelah mengevaluasi perkembangan cuaca ekstrem yang terjadi di daerah setempat dalam beberapa hari terakhir ini. Kasi Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro, Lutfi Nurcahman, Senin, mengatakan, perkembangan cuaca ekstrem yang terjadi akhir-akhir ini, dengan pola panas berkepanjangan, kemudian mendadak hujan, menimbulkan kerawanan munculnya flu burung dan penyakit ayam "tetelo". Karena itu, ia meminta tim "Partisipatory Disease Surveillance Response" (PDSR) lebih aktif melakukan pemantauan kondisi di lapangan dan secepatnya melaporkan kalau ditemukan kasus flu burung. "Kalau memang ada temuan kasus flu burung secepatnya kita akan melakukan tindakan, mulai mengisolasi wilayah, hingga pemusnahan unggas yang terserang flu burung, termasuk melakukan penyemprotan dengan desinfektan," katanya menjelaskan. Ia mencontohkan, di Desa Banyaranyar, Kecamatan Baureno dan Desa Pacul, Kecamatan Kota, ditemukan positif ayam yang terjangkit flu burung, pada 18 dan 19 Februari lalu. Pada awalnya, tim PDSR yang terdiri dari petugas Dinas Peternakan dan Perikanan, serta masyarakat itu, menemukan ada kasus belasan ayam di dua desa itu, mati mendadak. Menurut dia, dari hasil "rapid test", ayam yang meninggal di dua desa itu, positif terjangkit flu burung, sehingga populasi ayam di dua desa yang berada di kawasan positif flu burung, dimusnahkan. "Di Desa Banyaranyar, Kecamatan Baureno, ayam yang dimusnahkan sebanyak 215 ekor ayam, sedangkan di Desa Pacul, Kecamatan Kota, ada sekitar 35 ekor," jelasnya. Menanggapi kemungkinan perkembangan flu burung, ia menjelaskan, pihaknya, sudah mengalokasikan 75 ribu dosis vaksin "Avian influenza" (AI), pada 2012. Jumlah vaksin flu burung itu menurun dibandingkan persediaan dosis vaksin flu burung, tahun lalu sebanyak 115 ribu dosis. "Kalau melihat populasi unggas di Bojonegoro, persiapan vaksin flu burung itu, masih kurang," ungkapnya. Ia menambahkan, penyeprotan dengan disinfektan, dilakukan di pasar ayam, pasar burung, juga sejumlah warga masyarakat yang memiliki populasi unggas dengan jumlah cukup banyak. "Hanya saja di pasar burung, para pedagang menolak dengan alasan, burungnya stres setelah disemprot disinefektan. Tapi, kami tetap meminta lokasi di pasar burung tetap bersih," katanya. Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro, populasi unggas di daerah setempat meliputi ayam petelor 4.200 ekor, ayam buras 1.406 juta ekor, ayam ras pedaging 478.650 ekor, itik 63.357 ekor, mentok 62.449 ekor dan burung puyuh 13.650 ekor. Sedangkan, kasus flu burung pertama kali ditemukan di Bojonegoro pada 2006 lalu dan pada 2011 juga ditemukan kasus flu burung di sejumlah desa. Kasus flu burung yang terjadi pada 2011 antara lain ditemukan di Desa Sedangagung, Kecamatan Sumberrejo, Desa Ndrajat, Kecamatan Baureno dan di Kecamatan Malo. (*).
Bojonegoro Waspadai Munculnya Flu Burung
Senin, 26 Maret 2012 12:50 WIB