Mentan ditemui di Jakarta, Selasa, menyatakan kolaborasi tersebut berupa peningkatan kemampuan (upgrading skill) bagi masyarakat pendaftar program tersebut yang diharapkan bisa lebih cakap dalam mengelola sistem pertanian yang lebih modern.
"Sudah kolaborasi dengan para rektor, perguruan tinggi," ujar Mentan.
Lebih lanjut, dikatakannya melalui program petani milenial pihaknya bertujuan untuk menarik minat generasi muda sehingga mau mengelola lahan pertanian dengan memberikan jaminan penghasilan lebih dari Rp10 juta per bulan.
Baca juga: Mentan sebut tiga lahan siap untuk peternakan sapi perah investasi Vietnam
Pendapatan tersebut merupakan proyeksi hasil panen yang didapat para petani milenial, serta menegaskan bukan gaji yang diberikan oleh pemerintah.
"Pendapatan tinggi di atas daripada gaji kalau kita jadi pegawai," ujarnya.
Dalam program petani milenial yang diusung pihaknya, Mentan Amran mengatakan bakal membuat kluster setara dengan negara-negara maju yang dalam implementasinya menggunakan teknologi tinggi mulai dari proses hulu hingga hilir.
Lebih lanjut, dirinya menyatakan saat ini masyarakat yang berminat untuk mendaftar menjadi petani milenial sudah mencapai 20 ribu orang, serta menargetkan total pendaftar mencapai 50 ribu peserta.
Adapun pendaftaran program tersebut bisa dilakukan di website resmi Kementerian Pertanian dengan melengkapi data diri dan menunggu hasil seleksi.
"Tentu diseleksi, pasti, pertama ada kemauan, kalau sudah mau, kita ke lahannya kemudian untuk yang sarjana mungkin dia jadi manajer, kemudian yang dari teknik jadi mekanik, lalu yang SMA mungkin jadi operator. Dan milenial yang mampu menggunakan teknologi dengan baik, seperti drone, dan juga sarjana-sarjana yang paham IT itu yang mengoperasikan," katanya.