Surabaya - Sejumlah pentolan aktor Teater Perdikan Yogyakarta dan personel Letto, yakni Sabrang Noe, Patub, Ari dan Dedhot, mementaskan lakon "Nabi Darurat, Rasul Adhoc" di Gedung Cak Durasim, Jalan Gentengkali, Surabaya, 13-14 Maret. "Lakon karya budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) itu akan dipentaskan mulai pukul 20.00 WIB dengan durasi sekitar tiga jam," kata salah seorang penyelenggara, Ramadhon, yang akrab disapa Adhon di Surabaya, Senin. Menurut dia, Noe yang juga anak Cak Nun itu tidak hanya manggung bersama para personel Band Letto, tapi mereka juga menggarap tata musik untuk lakon yang sudah dipentaskan di Yogyakarta (203/3) dan Jakarta (9-10/3) itu. "Lakon yang sama juga akan dimainkan di Malang dan Semarang (26/3) dengan tarif tiket Rp70 ribu dan Rp50 ribu," katanya. Dalam pentas itu, Emha secara lugas menggambarkan bahwa kerusakan dunia nampaknya tidak akan mampu diperbaiki oleh setingkat manusia yang mutunya sudah tercerai-berai. Oleh karena itu, dibutuhkan personifikasi manusia setingkat Nabi atau Rasul untuk "meruwat" ke arah perbaikan dunia. Intinya, diperlukan campur tangan Tuhan untuk melakukan perubahan. "Aku Ruwat Sengkolo bersabda. Para peneliti kitab suci menyatakan bahwa kiamat akan terjadi pada tahun 2060. Para peneropong jagad raya mengatakan pada 2040. Para pengamat dan penelusur waktu mengatakan pada 2012". "Aku Ruwat Sengkolo dengan ini menyatakan, apa bedanya kiamat besok-besok dengan sekarang.. Apa? Sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan, peradaban sudah mentok, nilai-nilai hakiki susah dicari. Sesungguhnya kiamat sudah berlangsung....". Itu nukilan dialog Ruwat Sengkolo (Joko Kamto) dengan sang kakek, Mbah Soimun (Tertib Ruratmo, duda hampir paruh baya) di pelosok sebuah desa pinggiran kota. Tiba-tiba Ruwat menjadi perhatian masyarakat. Ia menjadi sumber gunjingan. Seperti kesurupan, Ruwat mengaku nabi. Dalam kurungan putih di belakang rumahnya, Ruwat meneriakkan sabda-sabda nan sulit dimengerti. "Penduduk Bumi sekarang ini butuh nabi atau rasul. Kalau tidak ada nabi beneran, nabi darurat lah.. Kalau tidak ada rasul, ya rasul adhoc-lah..". Kakeknya bingung, apa yang terjadi pada sang cucu. Pak Jangkep (Nevi Budianto), bapaknya Ruwat yang merantau di Jakarta, mendadak pulang. Guru Ruwat, Ki Janggan (Bambang Susiawan), yang sedang mengurusi perguruan, terpaksa muncul juga. Sejumlah anak muda yang kos di sebelah rumah Ruwat, yang juga pemain band (personel LETTO) ikut menguping keributan itu, termasuk Brah Abadon (Sabrang 'Noe' LETTO) yang tidak menentu sosoknya. Konon, dia merupakan utusan Malaikat Isrofil. Sosok Brah muncul dalam dua layar besar. Ruwat, secara kasat mata berlaku agak gila. Dia membawa terompet dan berpakaian aneh. Dalam kurungan kain putih, siluet-siluet Ruwat sedang meracau berseliweran. Namun, secara muatan, sesungguhnya Ruwat adalah manusia yang bersedih. Sedih melihat masyarakat dan negaranya yang menurutnya sudah terlalu busuk, bobrok, dan hancur, sehingga ilmu, perangkat hukum, revolusi sosial atau apapun tak mungkin mengatasinya. Ruwat sangat meyakini tahun 2012, yang dipercaya banyak orang sebagai Tahun Kiamat, adalah awal dari tindakan Tuhan kepada Indonesia, yang tingkat dan komplikasi problematika bisa diatasi dengan kepemimpinan yang setingkat, sepadat, dan sekuat Nabi atau Rasul. (*)
Berita Terkait
Penampilan Letto dan Denny Caknan di Surabaya
1 November 2022 18:00
Noe Letto sebut mahasiswa baru punya posisi penting
22 Agustus 2022 14:21
Joker versi Jared Leto akan kembali di "Justice League Snyder Cut"
22 Oktober 2020 13:57
Noe Letto tak menyangka Emil Dardak dan tiga bupati bersuara emas
2 Maret 2020 11:39
Senandung "Sebelum Cahaya" di Pelantikan Pengurus Ansor Jatim
2 Maret 2020 01:25
Pemkab Kediri usung tema nonplastik di halalbihalal
11 Juni 2019 20:44
Konser Kemanusian
1 April 2019 14:21
"Opinium", Aplikasi Penguji Hoaks Buatan Pemuda Jatim
2 Mei 2018 18:42
