Surabaya - Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual (Deskomvis) Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya menciptakan 31 "font" (jenis huruf komputer) dengan konten lokal atau "local typeface" yang disebut "Tipografi Nusantara". "Ke-31 hasil karya mahasiswa kami yang bersifat individual dan kelompok itu dipamerkan di Gedung W Perpustakaan UKP Surabaya mulai 13 Februari hingga 14 Maret," kata dosen Tipografi, Marianala Damajanti S.Sn, di sela-sela pameran itu, Selasa. Didampingi staf Perpustakaan UKP, Petrus, ia menjelaskan karya tipografi Nusantara yang dihasilkan para mahasiswa itu antara lain merujuk model huruf dari budaya Dayak, Asmat, Kutai, Tedoja (tedong dan toraja), Pekalongan, dan Javanese. Selain itu, model huruf lontong mie (Surabaya), Jaran Kepang, Naya (Semar), Parang (batik), Warok (Ponorogo), Tetuka, dan sebagainya. "Model huruf Lontong Mie itu meliuk-liuk seperti mie yang dipadu dengan tahu, petis, dan gambar udang," katanya. Atau, huruf yang seolah-olah berasal dari rangkaian tubuh manusia suku Asmat dengan mengambil bentuk suku Asmat yang tergambar di ukiran dan pahatan kayu. Hal yang sama juga tergambar dalam "font" Tedoja (tedong dan toraja) yang merujuk pada empat warna dasar Toraja yakni merah, hitam, putih, dan kuning-cokelat. Menurut Marianala Damajanti, ke-31 "font" Nusantara itu merupakan tugas akhir mata kuliah Tipografi-1 di jurusan Deskomvis UKP Surabaya untuk menumbuhkan kreatifitas tanpa kehilangan jatidiri bangsa. "Pada tugas akhir itu, mahasiswa diminta menciptakan sebuah huruf baru dengan mengadaptasikan hasil kebudayaan suatu daerah di Indonesia," katanya. Oleh karena itu, katanya, para mahasiswa harus mempelajari hasil kebudayaan suatu daerah melalui riset yang dilakukan secara mandiri, kemudian mengadaptasikan elemen atau unsur dari hasil budaya itu ke dalam penciptaan huruf. "Budaya Indonesia yang sangat beragam memiliki banyak keunikan dan kekhasan. Hal itulah yang dieksplorasi menjadi satu set huruf, namun mereka tidak boleh lepas dari kaidah tipografi yakni ada sisi estetis huruf, tetap mudah dikenali sebagai huruf, dan tetap terbaca jika digabungkan dengan huruf lain," katanya. (*)
Mahasiswa Petra Surabaya Ciptakan 31 "Font" Nusantara
Selasa, 21 Februari 2012 14:14 WIB
