Surabaya - "Hotline" Pendidikan Surabaya menyebutkan sekitar 45 persen siswa sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Pahlawan berpandangan bahwa seks bebas terhadap orang yang mereka sayangi (pacar) itu boleh dan sekitar 14 persen sudah melakukannya. Ketua "Hotline" Pendidikan Surabaya Isa Ansori, mengatakan, akibat dari anggapan tersebut banyak siswa SMP maupun SMA menjadi korban eksploitasi seksual yang dilakukan temannya sendiri ataupun orang lain. "Ada 82 anak korban pelecehan seksual maupun 'trafficking' (perdagangan anak) yang kami tangani. Kebanyakan dari mereka mengaku salah pergaulan," kata Isa saat bersama-sama 13 korban "trafficking" mendatangi gedung DPRD Surabaya, Jumat. Menurut dia, di antara mereka, ada yang sebelumnya bekerja di sebuah warung, terselamatkan ketika akan dijual ke Kalimantan. Anak ini, lanjut dia, menjadi korban "trafficking" dan diselamatkan Polres Pelabuhan Tanjung Perak saat akan dijual ke Kalimantan. Isa mengatakan anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual adalah anak-anak yang rata-rata mengalami disharmonisasi dalam keluarga maupun di sekolah. "Ketika di rumah terjadi masalah. Sejatinya anak berharap mendapatkan tempat yang aman dan nyaman seperti halnya di sekolah, tapi sekolah belum bisa memberikan rasa itu," ujarnya. Selama ini, lanjut dia, banyak sekolah yang disibukkan dengan urusan-urusan yang bersifat administratif dan lupa akan kewajibannya lainya yakni membangun hubungan yang bersahabat dengan anak. "Sebagian sekolah juga telah menjadi monster bagi anak-anak yang akhirnya mereka harus meninggalkan sekolah karena ketidakmampuan sekolah memahami anak," katanya. Untuk itu, lanjut dia, pihaknya menekankan kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan dunia pendidikan untuk menyelamatkan anak-anak agar tidak tereksploitasi dengan memberi penguatan kepada anak melalui sekolah. Dilain itu, kata Isa, dampak siaran televisi terhadap perilaku seks bagi kalangan pelajar, sangat besar sekali. Apalagi pengaruh dari teman dan jejaring sosial seperti "facebook" (FB) maupun twitter. Dari survei perilaku seks selama September sampai Desember 2011, pengaruh dari televisi sekitar 52 persen, teman 42 persen dan jejaring sosial 27 persen. Sementara itu, dari pengakuan salah seorang anak korban eksploitasi seksual yang namanya enggan ditulis pada saat dengar pendapat di ruang Komisi D DPRD Surabaya, Jumat (10/2), mengatakan dirinya terjerumus menjadi korban kekerasan seksual pada saat kelas II SMA. "Awalnya saya pacaran. Saya kenal sejak lulus SD. Tapi semenjak itu saya terjun ke jalan sesat hingga akhirnya seperti ini," kata gadis yang kini sedang berbadan dua ini. Dari pacaran tersebut, gadis tersebut mengaku menjadi budak nafsu dari pacarnya hingga akhirnya dijual ke pria hidung belang dan akan dijual lagi ke Kalimantan. Namun aksi tersebut dibongkar polisi, saat mereka akan berangkat melalui Pelabuhan Tanjung Perak. Ketua Komisi D DPRD Surabaya Baktiono mengatakan pihaknya akan memanggil pihak-pihak terkait seperti halnya Asisten II Sekkota Surabaya, Dinas Pendidikan, Satpol PP, Bakesbanglinmas, dan pihak-pihak kompeten lainnya untuk membicarakan persoalan ini. "Jangan ada lagi eksploitasi terhadap anak di Surabaya. Peran orang tua dan sekolah sangat penting dalam hal ini," ujarnya.(*)
45 Persen Siswa SMP Membolehkan Seks Bebas
Jumat, 10 Februari 2012 16:38 WIB