Harga Tebus Beras Miskin Bojonegoro Tetap
Jumat, 3 Februari 2012 10:59 WIB
Bojonegoro - Harga penebusan beras miskin jatah Januari di Bojonegoro yang dijadwalkan disalurkan mulai 6 Februari 2012, tidak ada perubahan tetap Rp1.600/kg, dengan jumlah 15 kilogram/bulan/rumah tangga sasasaran (RTS).
"Penebusan harga beras miskin jatah Januari tetap, tidak ada perubahan, termasuk jatahnya juga sama 15 kilogram. Ini berdasarkan hasil rapat yang kami terima bersama dengan Bulog Divre II Bojonegoro," kata Kepala Bidang Bimbingan Rehabilitasi dan Kesejahteraan Sosial Disnakertransos Bojonegoro, Dwi Harningsih, Jumat.
Ia menjelaskan, dari hasil rapat itu, juga diperoleh kepastian jatah beras miskin untuk Januari akan mulai didistribusikan pada 6 Februari ini, di awali dari wilayah Kecamatan Kota dan Dander, dengan harga penebusan yang sama dan jumlah perolehan yang sama.
Menyusul setelah itu, dilanjutkan di wilayah kecamatan lainnya dan ditargetkan akhir Februari semua beras miskin jatah Januari sudah diterima RTS.
"Saya sama sekali belum pernah mendengar penebusan beras miskin naik menjadi Rp2.500,00 perkilogram," ucapnya, menambahkan.
Berdasarkan data di Disnakertransos, jumlah penerima beras miskin di Bojonegoro sebanyak 128.981 rumah tangga sasaran (RTS). Sesuai perhitungan, kebutuhan beras miskin tersebut mencapai 1.934.715 kilogram/bulan dengan paket 15 kilogram per RTS.
Di antara penerima beras miskin terbanyak yaitu Kecamatan Sumberrejo dengan jumlah 10.465 RTS yang tersebar di 26 desa, disusul kemudian Kecamatan Ngasem yang masuk kawasan migas Blok Cepu ring I, dengan jumlah 10.165 RTS di 23 desa.
Ring I migas Blok Cepu Kecamatan Kalitidu, warga penerima beras miskin, juga cukup tinggi sebanyak 6.047 RTS di 24 desa. Sedangkan penerima beras miskin terendah Kecamatan Kedewan, dengan jumlah 844 RTS di empat desa.
"Sejauh ini, saya belum pernah memperoleh informasi harga penebusan beras miskin akan mengalami kenaikan," katanya, menegaskan.
Secara terpisah, seorang pedagang beras di Pasar Banjarjo, Desa Banjarjo, Kecamatan Kota, Waris, mengatakan kenaikan harga tebus beras miskin bisa mempengaruhi warga penerima beras miskin tidak menjual beras miskin yang diterima. Apalagi, beras yang diterima tersebut kualitasnya bisa lebih meningkat, sehingga warga lebih cenderung memanfaatkan sendiri.
"Dalam tiga bulan terakhir, ada kecenderungan warga penerima beras miskin tidak menjual beras jatahnya ke pedagang," paparnya.
Berdasarkan pengalaman, lanjutnya, warga penerima beras miskin menjual jatah berasnya, kemudian dibelikan kembalik beras dengan kualitas yang lebih bagus."Kenaikan beras miskin, sebaiknya diimbangi dengan kualitas beras yang bagus," katanya, berharap.(*)