Beijing (ANTARA/Reuters) - China akan memperkuat pasukan kepolisian di wilayah barat, Xinjiang, kata media pemerintah, Senin, dalam upaya menangani kegiatan keagamaan yang tidak diizinkan di kawasan yang dilanda kerusuhan etnik dan kekerasan itu. Pemerintah akan merekrut 8.000 polisi baru untuk memperkuat jajaran kepolisian di kawasan pedesaan, kata kantor berita resmi Xinhua. "Patroli pengamanan, manajemen penduduk migran dan penindakan kegiatan keagamaan ilegal" akan menjadi bagian dari tugas utama mereka, kata Xinhua mengutip seorang juru bicara Partai Komunis di Xinjiang. "Penting bagi Xinjiang untuk memperkuat landasan keamanan dan memastikan stabilitas dan perdamaian yang langgeng di kawasan itu," kata juru bicara itu. Langkah tersebut diambil pada masa ketika pasukan China menumpas protes warga Tibet di dataran tinggi barat dimana kelompok-kelompok advokasi mengatakan bahwa tujuh orang Tibet ditembak mati dan lebih dari 60 cedera dalam sepekan ini. Sejumlan analis mengatakan, Partai Komunis China memperkuat kendali atas masyarakat dan menangkal tantangan politik di negara itu menjelang penyerahan kepemimpinan tinggi pada akhir tahun ini. Xinjiang adalah tempat tinggal penduduk etnik Uighur, warga muslim berbahasa Turki yang berjumlah lebih dari 40 persen dari penduduk kawasan itu yang mencapai lebih dari 21 juta jiwa. Ibu kota Xinjiang, Urumqi, menjadi pusat kerusuhan terburuk di China dalam beberapa dasawarsa pada 5 Juli 2009. Kerusuhan itu merenggut hampir 200 jiwa dan mencederai sekitar 1.700 orang. Kekerasan yang dialami warga Uighur itu telah menimbulkan gelombang pawai protes di berbagai kota di dunia seperti Ankara, Berlin, Canberra, dan Istanbul. Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan paling keras melontarkan kecaman dan menyebut kejadian di Xinjiang sebagai "semacam pembantaian". Warga Uighur di pengasingan mengklaim bahwa pasukan keamanan China bereaksi terlalu berlebihan atas protes damai dan menggunakan kekuatan mematikan. Delapan juta warga Uighur memiliki lebih banyak hubungan dengan tetangga mereka di Asia tengah ketimbang dengan orang Cina Han yang berjumlah kurang dari separuh penduduk Xinjiang. Bersama-sama Tibet, Xinjiang merupakan salah satu kawasan paling rawan politik. Di kedua wilayah itu, pemerintah China berusaha mengendalikan kehidupan beragama dan kebudayaan serta menjanjikan petumbuhan ekonomi dan kemakmuran. Beijing tidak ingin kehilangan kendali atas wilayah yang berbatasan dengan Rusia, Mongolia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Afghanistan, Pakistan, dan India, serta memiliki cadangan minyak besar serta merupakan daerah penghasil gas alam terbesar di China. Penduduk minoritas telah lama mengeluhkan bahwa orang China Han mengeruk sebagian besar keuntungan dari subsidi pemerintah dan membuat warga setempat merasa seperti orang luar di negeri mereka sendiri. Beijing mengatakan, kerusuhan paling buruk di kawasan tersebut dipicu oleh kelompok-kelompok separatis di luar negeri yang ingin menciptakan wilayah merdeka bagi minoritas muslim Uighur. Namun, kelompok-kelompok itu membantah mengatur kekerasan tersebut dan mengatakan, kerusuhan itu merupakan wujud amarah yang menumpuk terhadap kebijakan pemerintah dan dominasi ekonomi China Han. (*)
China Perkuat Kepolisian di Xinjiang
Selasa, 31 Januari 2012 5:29 WIB