Beijing (ANTARA) - Gelombang dingin di Daerah Otonomi Xinjiang telah menewaskan tujuh orang, menurut situs berita China yang mengutip otoritas setempat, Rabu.
Ketujuh korban tewas adalah pekerja di lokasi proyek konstruksi di Prefektur Altay, Xinjiang. Daerah itu dilanda cuaca ekstrem yang disertai angin kencang, hujan salju, dan suhu yang sangat dingin.
Otoritas setempat sebelumnya mengatakan bahwa delapan pekerja dilaporkan hilang saat gelombang dingin menerjang pada Senin (28/11). Semuanya berhasil ditemukan, tetapi tujuh di antaranya tewas.
Cuaca ekstrem di wilayah padang rumput Altay telah menyebabkan jalan-jalan susah dilewati, hewan ternak kedinginan, dan warga terjebak saat temperatur udara terus anjlok hingga minus 49,6 derajat Celsius, menurut situs berita Waijiao.
Observatorium Meteorologi Xinjiang telah mengeluarkan peringatan gelombang dingin sejak Jumat (25/11), yang sehari kemudian ditingkatkan menjadi kewaspadaan tinggi.
Baca juga: Protes kebijakan anti-lockdown di China dengan seruan minta Xi mundur
Peringatan pertama sejak 2008 itu dikeluarkan setelah cuaca semakin memburuk di wilayah barat daya China itu pekan lalu.
Selain Xinjiang, beberapa daerah di barat laut, utara, dan timur laut daratan Tiongkok juga diserang gelombang dingin hingga temperatur udara menurun drastis.
Di Changchun (Provinsi Jilin), Shenyang (Provinsi Liaoning), dan Hohhot (Daerah Otonomi Mongolia Dalam) suhu udara mencapai di bawah 10 derajat Celsius.
Di Kota Beijing dan Provinsi Shanxi, suhu udara dalam tiga hari terakhir masing-masing mencapai minus 5 dan minus 8 derajat Celcius. Di Zhengzhou dan Luoyang di Provinsi Henan terjadi hujan salju.
Pemerintah lokal di daerah-daerah tersebut telah melakukan berbagai persiapan untuk mengantisipasi gelombang dingin susulan.(*)
Gelombang dingin di Xinjiang menewaskan tujuh orang
Rabu, 30 November 2022 11:03 WIB