Ponorogo, Jatim (ANTARA) -
"Distribusi air bersih terus kami lakukan menggunakan truk-truk tangki yang ada, termasuk daerah-daerah (desa/dusun) baru yang mengajukan permohonan bantuan air bersih," kata Kepala Pelaksana BPBD Ponorogo Masun, di Ponorogo, Rabu.
Menurut dia, total saat ini sudah ada enam desa di tiga kecamatan yang rutin mendapat suplai air bersih.
Jumlah itu bertambah dibanding data desa terdampak kekeringan pada Juli 2024 yang tercatat lima desa mengajukan permintaan bantuan air bersih.
"Satu desa terakhir yang mengalami krisis air bersih adalah Desa Wates, Kecamatan Slahung," ujarnya.
Sedangkan lima desa yang lebih dulu mengalami kekeringan dan telah rutin mendapat bantuan air bersih BPBD adalah Desa Snepo dan Desa Duri Kecamatan Slahung, Desa Karangan dan Desa Dayakan Kecamatan Badegan, serta Desa Belang Kecamatan Bungkal.
"Kami juga memberikan tandon air, yang ditempatkan di dua dusun, biar warga bisa mengambil air," katanya.
Masun memastikan setiap desa atau lingkungan terdampak dilakukan distribusi air dua kali setiap pekannya.
Hal ini untuk menjamin ketersediaan air bersih bagi ratusan KK yang terdampak, terutama untuk air minum serta memasak.
"Kebutuhan yang penting kan untuk konsumsi, kita cukupi setiap pekan dua kali distribusi (di masing-masing desa)," katanya.
Sebelumnya, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Ponorogo Agung Prasetyo menyebut tahun lalu daerah terdampak kekeringan terjadi di 17 dukuh di delapan desa dari enam kecamatan.
Data ini mengacu daftar desa yang dibantu droping air bersih selama musim kering pada 2023.
Kabupaten Ponorogo masuk dalam 13 kabupaten/kota di Jawa Timur yang masuk dalam siaga kekeringan pada tahun ini.
Data 13 kabupaten/kota itu mengacu hasil assessment BPBD Provinsi Jawa Timur, yakni Kabupaten Bangkalan, Bojonegoro, Lamongan, Ponorogo, Jombang, Kabupaten Blitar, Bondowoso, Pacitan, Kabupaten Malang, Sampang, Pamekasan, Trenggalek, dan Gresik.