Ponorogo, Jatim (ANTARA) - BPBD Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur menghentikan distribusi air bersih untuk sejumlah wilayah terdampak kekeringan dengan pertimbangan sebagian besar sumber air bawah tanah warga berangsur pulih seiring datangnya musim hujan.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo, Agung Prasetyo, Minggu, mengungkapkan, penghentian pengiriman yang efektif dilakukan sejak Rabu (6/11) itu meliputi tujuh kecamatan, 19 desa, dan 24 dukuh yang sebelumnya bergantung pada bantuan air bersih akibat kekeringan berkepanjangan sejak pertengahan tahun.
"Hasil asesmen kami menunjukkan beberapa sumber mata air mulai kembali mengalir, meski debitnya masih terbatas," kata Agung.
Menurut dia, kondisi ini sudah memungkinkan warga untuk memenuhi kebutuhan air dasar secara mandiri.
Agung menjelaskan, selain meningkatnya debit mata air, medan licin di wilayah perbukitan juga menjadi faktor penting penghentian distribusi air.
"Medan licin saat hujan bisa mengancam keselamatan tim distribusi air bersih. Setelah mempertimbangkan aspek keamanan dan efisiensi, distribusi dihentikan," tambahnya.
Sejak Juli hingga awal November BPBD Ponorogo telah mengirimkan sekitar 1,554 juta liter air bersih ke sejumlah titik kekeringan.
Distribusi ini difokuskan ke daerah-daerah dengan tingkat kekeringan kritis, termasuk Dukuh Bedog dan Dukuh Tengah di Desa Wates, Kecamatan Slahung, serta Desa Pangkal di Kecamatan Sawoo.
Menurut data BPBD, daerah-daerah tersebut mengalami kesulitan mendapatkan sumber air utama karena letaknya di perbukitan dan jauhnya sumber mata air dari pemukiman warga.
Tak hanya BPBD, penyaluran air bersih di Ponorogo juga mendapat dukungan dari beberapa instansi pemerintah lain, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas relawan.
"Tercatat distribusi lebih dari 1,5 juta liter air bersih khusus dari BPBD, di luar bantuan dari lembaga dan komunitas lain yang juga berperan aktif dalam penanganan kekeringan," kata Agung.
Dengan berakhirnya musim kekeringan, BPBD Ponorogo kini fokus pada mitigasi bencana hidrometeorologi, terutama mengantisipasi potensi banjir dan tanah longsor yang sering terjadi di beberapa wilayah Ponorogo saat musim hujan.
Agung menambahkan, BPBD juga sedang mempersiapkan koordinasi lintas instansi dan desa-desa rawan bencana guna memastikan kesiapan alat, jalur evakuasi, dan peningkatan kapasitas personel di lapangan.
"Musim hujan kali ini menjadi ujian baru setelah musim kering yang panjang. Kami harap dengan persiapan yang matang, BPBD dan masyarakat dapat menghadapi cuaca ekstrem dengan baik," katanya.