"Fasilitas importasi mesin peralatan untuk sektor pertanian itu kan tidak ada. (Saat) ini harus melalui mekanisme normal, bayar bea masuk. Padahal kebutuhan kita ke depan khususnya untuk pengembangan ketahanan pangan dan ketahanan energi itu, perlu sektor pertanian kita masukkan sebagai sektor yang mendapatkan fasilitas,” kata Wamen Yuliot di Jakarta, Sabtu.
Dirinya menyampaikan, rencana pembebasan bea masuk itu turut diperuntukkan untuk pemajuan proyek investasi sektor pertanian, seperti yang sedang berjalan di Merauke, Papua Selatan melalui pengembangan perkebunan tebu terintegrasi dengan industri gula, bioetanol, dan pembangkit listrik.
Ia menjelaskan, investasi perkebunan tebu dan industri gula di Merauke, saat ini tahap pengembangannya sudah masuk klaster tiga dari lahan tebu dengan luas 2 juta hektare (ha). Oleh karena itu melalui pembebasan bea importasi mesin, diharapkan bisa memacu swasembada pangan Indonesia, serta menyukseskan proyek ini.
"Pembangunan industri gula klaster tiga ini direncanakan ada lima pabrik yang akan dibangun dan terintegrasi dengan bioetanol. Sudah disiapkan infrastruktur dan pendanaan oleh pelaku usaha untuk pelatihan di Kabupaten Merauke agar masyarakat setempat terlibat. Selain itu, juga telah dibangun Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) dan kerja sama dengan Sugar Research Australia (SRA),” kata dia.
Adapun rencana total investasi perkebunan tebu terintegrasi pada swasembada gula dan bioetanol klaster tiga di Merauke, Papua Selatan mencapai 5,62 miliar atau setara Rp83,27 triliun.
Investasi tersebut terdiri dari perkebunan tebu dengan teknologi mekanisasi pertanian sebesar Rp29,2 triliun, pembangunan lima pabrik gula dan bioetanol sebanyak Rp53,8 triliun, pembangunan pusat pelatihan sumber daya manusia senilai Rp120 miliar, dan pembangunan fasilitas riset dan inovasi mencapai Rp150 miliar per tahun.
Terdapat lima klaster wilayah dengan total lebih dari 2 juta hektare yang akan menjadi wilayah pengembangan swasembada gula terintegrasi bioetanol. Klaster satu dan dua seluas 1 juta hektare, klaster tiga seluas kurang lebih 504.373 hektare, dan klaster empat seluas 400.000 hektare.