Tulungagung (ANTARA) - Pabrik Gula Modjopanggung, Tulungagung, Jumat, menggelar ritual Manten Tebu yang menandai dimulainya musim giling tebu yang diperkirakan berlangsung hingga enam bulan ke depan.
Ritual Manten Tebu diwujudkan dengan mengarak sepasang boneka pengantin, dengan kemasan adat Jawa yang kental.
Prosesi dimulai dari kampung menuju gudang penggilingan yang ada di dalam kompleks PG Modjopanggung.
Sebelum masuk ke dalam gudang penggilingan, iring-iringan pengantar terlebih dulu masuk ke halaman rumah dinas GM PG Modjopanggung, Sugianto yang juga berlokasi di dalam kompleks pabrik.
Sepasang boneka pengantin dibawa bergantian, dari tokoh warga, lalu diestafet ke beberapa perwakilan karyawan, manajemen pabrik gula sebelum akhirnya sampai ke divisi penggilingan.
Boneka bersama aneka sesaji dan tebu lalu dimasukkan ke mesin giling.
"Tradisi ini juga merupakan simbol sinergi antara petani tebu dan pabrik," kata GM PG Mojopanggung Sugianto.
Ia mengungkapkan tradisi manten tebu atau tebu manten sudah digelar sejak zaman dulu sebagai tanda pembuka musim giling.
Tradisi tersebut memiliki makna kekeluargaan dan simbol harapan hasil produksi tahun ini membawa berkah untuk petani dan keluarga PG Modjopanggung.
"Tradisi ini memiliki makna kekeluargaan, layaknya manten (pengantin) pada umumnya melibatkan banyak pihak dalam prosesnya," ujarnya
Tahun ini PG Mojopanggung ditargetkan menggiling 4,1 juta kuintal tebu.
Namun, karena faktor cuaca target ini diturunkan menjadi 3,5 juta kuintal tebu dengan target rendemen mencapai 7,6 persen.
"Faktor cuaca juga berpengaruh, terlebih 75 persen tanaman kita berada di kawasan upland dengan curah hujan hanya di bulan Januari saja," tuturnya.
Dari jumlah tersebut mereka menargetkan mendapat laba hingga Rp32 miliar.
Target ini mengalami peningkatan dibanding tahun lalu. Meskipun begitu mereka akan berusaha maksimal untuk mendapat target laba hingga Rp50 miliar.
"Melalui prosesi manten tebu ini kami berharap hasil produksi bisa membawa berkah bagi semuanya," ucap Sugianto.