Surabaya (ANTARA) - Yayasan Mahargijono Schutzenberger yang berpusat di Kota Malang, Jawa Timur, mengoptimalkan pelayanan crisis center yang buka selama 24 jam untuk menangani anak-anak depresi.
Ketua Umum Yayasan Mahargijono Schutzenberger Sofia Ambarini mengungkapkan anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian secara layak dan lain sebagainya perlu mendapatkan penanganan segera.
"Realitanya kami berkejaran oleh waktu ketika melihat data di depan mata yang menyatakan bahwa angka bunuh diri sebagai ukuran ekstrim masalah kesehatan mental setiap tahun naik sangat signifikan," katanya di Surabaya, Jumat.
Data Kementerian Kesehatan pada tahun 2018 menyebutkan 1 dari 16 orang berusia 15 tahun ke atas terdiagnosa mengalami depresi.
Sementara organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebut bunuh diri menjadi penyebab kematian tertinggi keempat pada usia 18-29 tahun. Tercatat per 28 Agustus 2023 lebih dari 700.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya.
Sedangkan di Tanah Air, Pusat Informasi Kriminal Nasional Kepolisian Republik Indonesia (Pusiknas Polri) mendata sebanyak 971 kasus bunuh diri sepanjang periode Januari hingga 18 Oktober 2023.
"Angka itu sudah melampaui kasus bunuh diri sepanjang 2022 yang jumlahnya 900 kasus," ujar Sofia.
Menurutnya dikhawatirkan akan menimbulkan masalah kesehatan mental yang jauh lebih berbahaya dalam skala besar jika tidak ditangani secara tepat.
Terlebih Indonesia akan menghadapi bonus demografi tahun 2045 dengan 70 persen jumlah penduduk berusia kerja yang produktif.
Sofia meyakini upaya untuk mencapai kesehatan jiwa yang optimal, khususnya bagi anak-anak, dapat dilakukan secara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan sinergi melibatkan pemerintah dan masyarakat.