HTI Banyuwangi Demo Tolak Kedatangan Obama
Rabu, 16 November 2011 16:59 WIB
Banyuwangi - Puluhan anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kabupaten Banyuwangi melakukan demonstrasi (demo) di pusat kota Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu, untuk menolak kedatangan Barack Obama.
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dijadwalkan akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Nusa Dua, Bali, pada 17 - 19 November 2011.
Humas HTI Banyuwangi Muhammad Syaifudin mengatakan kedatangan Obama ke Indonesia memiliki agenda tersembunyi yakni untuk mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia, seperti Freeport, Exxon Mobile, dan lain-lain.
"Amerika merupakan simbol kapitalis, sehingga negara adidaya itu akan mengeksploitasi kekayaan alam yang sangat subur di Indonesia. Ayo kita bersama - sama menolak kedatangan Obama," tuturnya dalam orasi.
Menurut dia, HTI menolak kehadiran Presiden AS, Barack Obama, karena kedatangannya pada KTT ASEAN bertujuan untuk mengokohkan kepentingan AS di wilayah Asia Timur, termasuk Indonesia.
"Ada sinyal intervensi yang akan dilakukan Amerika Serikat terhadap negara - negara ASEAN karena sudah jelas bahwa kedatangan Barack Obama memiliki agenda terselubung yang harus diwaspadai," paparnya.
Muhammad Syarifudin justru mempertanyakan kedatangan Barack Obama di KTT ASEAN, padahal Amerika Serikat bukan salah satu anggota ASEAN.
"HTI terus menyerukan untuk menolak imperialisme dan kapitalisme dalam menyelamatkan negeri ini," katanya menambahkan.
Sementara Kapolres Banyuwangi AKBP Nanang Masbudi yang turun langsung memantau aksi tersebut mengatakan pihaknya menurunkan sebanyak 107 personel untuk mengamankan unjuk rasa puluhan pegiat/aktivis HTI tersebut.
"Polres Banyuwangi mengawal para pengunjuk rasa sejak awal hingga aksi tersebut berakhir dengan menggunakan prosedur tetap pengamanan KTT ASEAN, karena aksi itu berhubungan dengan KTT ASEAN," tuturnya.
Aksi penolakan serupa juga dilakukan pegiat HTI di beberapa daerah di Jatim, di antaranya Malang Raya, Pasuruan, Jember, Surabaya, Ngawi, Kediri, dan sebagainya. (*)