Dalam pertemuan dengan Koordinator Kemanusiaan dan Rekonstruksi PBB untuk Gaza Sigrid Kaag di Ramallah pada Senin (22/1), Shtayyeh menyebut tindakan Israel atas perintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berupaya menghancurkan "kemungkinan pembentukan negara Palestina".
Sementara mengenai situasi di Gaza, Shtayyeh menegaskan perlunya “memberi tekanan pada Israel agar membuka semua perbatasan guna memberikan bantuan yang memadai” ke jalur yang terkepung.
"Perlu mengintensifkan intervensi internasional untuk menghentikan agresi dan kejahatan perang yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk pembunuhan, penahanan, perusakan, kelaparan, dan pengungsian paksa," kata dia seperti dilaporkan kantor berita resmi Palestina, Wafa.
Warga Palestina yang tewas akibat tindakan tentara Israel di Tepi Barat sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai 369 korban, sementara lebih dari 4.000 orang terluka.
Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok pejuang Hamas Palestina, yang menurut Tel Aviv menewaskan 1.200 orang.
Sedikitnya 25.295 warga Palestina terbunuh dan 63.000 orang terluka akibat serangan Israel, menurut otoritas kesehatan Palestina.
Serangan Israel juga menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Selain itu, sekitar 60 persen infrastruktur di wilayah kantong Palestina itu rusak atau hancur, berdasarkan data PBB.