Istanbul (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Azerbaijan Jeyhun Bayramov mengatakan pihaknya telah menanggapi usulan perdamaian Armenia yang ditujukan untuk menormalisasi hubungan kedua negara setelah konflik bertahun-tahun.
"Pada akhir November, kami menerima usulan-usulan lebih lanjut tentang kesepakatan perdamaian dari Armenia, dan dalam sebulan, paket usulan yang telah kami proses dikembalikan ke Armenia," ujar Bayramov dalam wawancara dengan AzTV Azerbaijan, Minggu (24/12).
Bayramov menyatakan bahwa proses perdamaian, yang dimulai setelah gencatan senjata pada tahun 2020, terus berlanjut, dan bahwa pertemuan tatap muka adalah penting dan kemungkinan akan diadakan pada 2024.
Dia mengatakan perjanjian perdamaian bilateral bukan berarti solusi untuk segalanya, namun hal itu dapat menciptakan kondisi untuk menentukan arah dan prinsip-prinsip membangun ikatan bertetangga yang normal.
“Kami, sebagai negara Azerbaijan, akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mencapai hal ini,” katanya, menambahkan.
Pada 21 November, Kementerian Luar Negeri Armenia mengumumkan lewat X bahwa pemerintah negara itu menyerahkan paket usulan perdamaian keenam kepada Azerbaijan.
Hubungan kedua negara bekas Soviet tersebut menegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh --wilayah yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan-- bersamaan dengan tujuh wilayah terdekat.
Sebagian besar wilayah tersebut dibebaskan Azerbaijan selama perang pada musim dingin 2020, yang mengakhiri perjanjian perdamaian yang ditengahi Rusia serta membuka pintu menuju normalisasi.
Pada September tahun ini, militer Azerbaijan memulai operasi anti teroris di Karabakh untuk menegakkan tatanan konstitusional di wilayah tersebut. Setelah itu, pasukan-pasukan separatis ilegal di wilayah tersebut menyerah.
Awal bulan ini, kedua negara saling bertukar tahanan perang di perbatasan mereka setelah mengeluarkan pernyataan bersama yang bersejarah.
Azerbaijan tanggapi usulan perdamaian Armenia
Selasa, 26 Desember 2023 16:43 WIB