Sidoarjo (ANTARA) -
Gedung eks "Markas Besar Oelama" (MBO) di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, mulai direnovasi dengan membongkar bagian atap, Minggu.
"Kenapa renovasi MBO dimulai hari Minggu, karena para ulama memang mengajari kita untuk memulai sesuatu pada hari Minggu atau Rabu," kata Ketua Tim Pelaksana Renovasi dan Revitalisasi Gedung MBO A. Afif Amrullah dalam keterangan pers di Sidoarjo, Minggu.
Selain itu, renovasi juga harus mempertimbangkan intensitas hujan di Jawa Timur yang sudah mulai tinggi dan sangat berbahaya jika Gedung MBO dibiarkan begitu saja.
"Atapnya bocor dan rawan ambruk, jadi kami mulai saja dengan dana seadanya, meski kami butuh Rp500 juta untuk renovasi hingga tahap keempat (terakhir)," katanya.
Untuk renovasi tahap pertama ini, pria yang juga Ketua lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) PWNU Jawa Timur ini menjelaskan targetnya untuk membenahi dan menguatkan struktur atap bangunan.
Afif mengatakan tim yang dibentuk oleh PWNU Jawa Timur ini sudah menyiapkan desain dan skenario proses renovasi.
"Kebetulan, tim kami juga memiliki seorang arsitek yang profesional. Tahapan renovasinya akan dibagi menjadi empat bagian," katanya.
Tahap pertama fokus pada pembongkaran atap, Atap depan rooftop, reng balok (opsional) atap induk galvalum, genteng. Tahap kedua nanti pada penguatan struktur bangunan utama, kemudian tahap ketiga adalah penyempurnaan interior dan multimedia.
"Tahap terakhir adalah penyiapan manajemen operasional gedung. Nantinya ini akan kita fungsikan sebagai 'mini museum' Markas Besar Oelama yang bermanfaat sebagai sarana edukasi, wisata religi dan cagar budaya," tutur mantan aktivis IPNU Jatim itu.
Afif menyampaikan bahwa dana renovasi gedung sementara ini bersumber dari donasi masyarakat dan bantuan pemerintah daerah, namun pihaknya juga membuka kesempatan kepada masyarakat untuk berkontribusi dalam renovasi gedung bersejarah ini.
"Dana bantuan dapat disalurkan secara dalam jaringan melalui https://nucare.id/program/renovasimbo atau transfer ke rekening BSI 177-7777-757 dan BCA 429-8624-999 atas nama Lazisnu Jatim, kemudian melakukan konfirmasi melalui WA ke 0896-3009-2626," katanya.
Ia mengatakan, dari keterangan berbagai pihak di Tebuireng-Jombang, tercatat markas para ulama pejuang pindah dari Markas Blauran IV/25 Surabaya ke Markas Waru itu tanggal 3 Desember 1945.
"Dari markas itulah perlawanan hingga setahun dilakukan para ulama-santri sampai akhirnya disepakati perjanjian Linggarjati pada Oktober 1946 sebagai pengakuan Sekutu atas kemerdekaan Indonesia, meski perjanjian Linggarjati baru ditandatangani pada awal 1947," tuturnya.