Surabaya (ANTARA) - Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Dinas Pendidikan Kota Surabaya Tri Endang menyatakan pihaknya telah mengangkat 16 orang dari Program Guru Penggerak menjadi kepala sekolah dan dua orang dari program yang sama bekerja di Dinas Pendidikan Kota Surabaya.
“Semuanya 18 orang yaitu 16 menjadi kepala sekolah dan dua di dinas. Sekarang kami sedang menyeleksi 74 orang lulusan Guru Penggerak untuk menjadi kepala sekolah,” katanya dalam tur media Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu.
Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan pendampingan selama enam bulan bagi calon Guru Penggerak.
Endang menuturkan sejauh ini terdapat 600 orang guru yang telah mengikuti Program Guru Penggerak baik dari sekolah negeri maupun swasta.
Baca juga: Pemkot Surabaya perluas layanan dan masifkan skrining HIV
Ia menjelaskan para guru yang mengikuti Program Guru Penggerak akan mendapat pendidikan dan pelatihan (diklat) tambahan terkait manajerial yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Surabaya untuk memperkuat aspek manajerialnya.
Bahkan Dinas Pendidikan Kota Surabaya juga meminta para kepala sekolah untuk memberi tugas tambahan kepada guru yang merupakan Guru Penggerak, seperti menjadi wakil kepala sekolah, kepala laboratorium, dan sebagainya.
Langkah itu dinilai tepat oleh Dinas Pendidikan Kota Surabaya untuk melatih kemampuan para Guru Penggerak dalam mengetahui dan mengatasi beragam permasalahan yang kompleks di dalam sekolah, sebelum mereka menjadi kepala sekolah
Meski demikian, kata dia, setelah para guru mengikuti Program Guru Penggerak, mereka tidak otomatis bisa menjadi kepala sekolah melainkan masih harus melewati beberapa tahapan seleksi yang telah disiapkan oleh Dinas Pendidikan Kota Surabaya.
Seleksi tambahan tersebut antara lain tes wawancara dan tulis atau fit and proper test, psikotest yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga, tes kejiwaan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Mohamad Soewandhie, dan tes jasmani.
“Tes jasmani dibutuhkan karena beban kerja seorang kepala sekolah cukup tinggi sehingga fisik harus bagus,” katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Yusuf Masruh mengatakan proses seleksi tambahan bagi Guru Penggerak untuk bisa menjadi kepala sekolah itu sejalan dengan arahan Walikota Surabaya Eri Cahyadi.
Arahan itu adalah calon kepala sekolah tidak hanya tuntas secara akademis, melainkan juga dari sisi agama, humanis, dan termasuk dari aspek harmonis yaitu mampu membangun hubungan baik antara guru, siswa, dan orang tua.
“Saya melihat Guru Penggerak diisi oleh orang-orang muda yang giat dalam inovasi pembelajaran. Jika kepala sekolahnya memiliki energi seperti itu, kita bisa bayangkan kondisi sekolah akan sebaik apa ke depan,” kata Yusuf.