Bondowoso (ANTARA) - Rasanya seperti masih kemarin sore, Bung Tomo, pewarta pejuang, itu meneriakkan takbir bersama Arek Suroboyo
Rasanya seperti kemarin lusa, Adam Malik dan kawan-kawan berjuang mempertaruhkan nyawa untuk menyiram bibit kantor berita agar tidak mati oleh ganasnya kemarau penjajahan
Rasanya seperti masih tadi pagi pewarta bangga beritanya dikutip media cetak
Rasanya baru seperti tadi siang pewarta menulis berita murni sebagai berita, tanpa bumbu begini, harus begitu, bermujadid jurnalistik
Arus waktu memang melenakan semua yang kintir di dalamnya
Pusaran kuat menyentak kesadaran bahwa semua telah berubah, berganti dengan isme baru
ANTARA yang mewarisi darah heroik pejuang harus berdamai dengan keadaan
Menolak keadaan dan kukuh dengan isme awal, sama tercundangnya dengan bunuh diri
Beberapa kita bersikukuh dengan gelora idealisme, dan beberapa yang lain harus menyerah, lebih tepatnya berdamai pada pragmatisme
Fatwa bijak mau tidak mau menjadi sandaran bagi mereka yang gundah karena merasa di persimpangan idealis dan pragmatis
Suara si bijak tiba-tiba menggelegar, "Tidak ada salah dan benar dalam keadaan ini"
Kondisi ini sebangun dengan menerima riang rambut yang tiba-tiba memutih dan sebagian gugur
Atau sama persis dengan cetak harus mengalah pada lumatan era digital
Seorang tokoh berusaha ke idealisme cetak, namun puting beliung masa mengharuskan si tokoh terperangkap dalam posisi gamang
ANTARA, kantor berita perjuangan, juga terantuk pada kintiran waktu, yang harus menyisih dari Merdeka Selatan ke Cikini, dan sebagian kembali ke rumah lama, Pasar Baru
Personel senior juga harus rela dan siap turun panggung, memercayakan gelanggang dan segala hiruk pikuknya pada generasi milenial.
Selamat ulang tahun ke-86, 13 Desember 2023, Antara-ku, Antara kita.
Bondowoso, 25 November 2023
Semua insan Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA berbahagia setiap tanggal 13 Desember, memperingati berdirinya kantor berita bersejarah itu.
Ada kebahagiaan berlapis-lapis dengan insan ANTARA, karena lembaga ini berdiri sebelum Indonesia menyatakan merdeka dari penjajah.
Sebagaimana organisasi atau lembaga, ANTARA tak luput dari terpaan gangguan yang lebih populer dengan sebutan "disrupsi". Disrupsi muncul ketika media cetak dipaksa harus berubah ke daring.
Media cetak semakin berat menanggung biaya cetak dan operasional pengiriman koran ke pelanggan. ANTARA tentu harus menyesuaikan diri dengan rupa baru pelanggan yang semakin menuntut kecepatan.
Menyiasati dan menyesuaikan dengan undang-undang bahwa lembaga pers harus memiliki badan hukum, ANTARA akhirnya memilih menjadi perusahaan umum (perum) dan berada di bawah Kementerian Badan Usaha Milik Negara alias BUMN, dari sebelumnya di bawah Kementerian Sekretariat Negara.
Sebagai perusahaan milik negara, ANTARA harus mengubah paradigma yang tidak hanya mengandalkan hidup dari pelanggan, tapi perlu perluasan usaha. Tanpa meninggalkan pelanggan, ANTARA kemudian ikut berlaga di medan media daring, dengan membuka laman www.antaranews.com.
ANTARA memang terus dituntut untuk menyesuaikan dengan perkembangan, namun satu hal yang tetap dipegang kuat, adalah "akurasi" data di atas segalanya.
Dengan menjunjung akurasi itu, mungkin ANTARA harus menghadapi kenyataan, beberapa beritanya lebih lambat tersaji daripada media lain. Tidak masalah, lebih baik akurat dan selamat.
Pergulatan ANTARA dengan berbagai perubahan, agaknya masih akan terus berlangsung. ANTARA berjuang, bukan sekadar untuk bisa terus hidup, tapi berjuang bagaimana terus hidup dengan lebih bermakna, bersama panggulan sejarah negeri ini.
Jaya terus ANTARA, mengawal dan menjaga negeri.