200 Gerilyawan Tewas dalam Operasi di Afghanistan
Selasa, 25 Oktober 2011 4:36 WIB
Kabul (ANTARA/AFP) - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyatakan, Senin, sekitar 200 militan yang terkait dengan Taliban tewas atau ditangkap dalam operasi militer besar di sepanjang perbatasan timur Afghanistan dengan Pakistan.
Ratusan prajurit Afghanistan yang didukung Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) mengambil bagian dalam ofensif besar-besaran yang diumumkan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton selama kunjungannya ke Islamabad pekan lalu.
Operasi itu dipusatkan di perbatasan bergolak dimana pasukan gabungan tersebut memburu gerilyawan yang terkait dengan jaringan Haqqani.
"Karena operasi ini, yang dipimpin oleh pasukan Afghanistan dan didukung ISAF telah berakhir, kami kini bisa mengatakan bahwa sedikitnya 20 gerilyawan yang terkait dengan Haqqani tewas atau ditangkap," kata Brigjen Carsten Jacobson kepada wartawan.
Sekitar 175 gerilyawan non-Haqqani tewas atau ditangkap, kata juru bicara itu, dengan menambahkan bahwa operasi tersebut berlangsung sekitar satu pekan.
Menurutnya, operasi itu dirancang untuk menyerang keras gerilyawan menjelang musim dingin, ketika mereka mundur ke tempat persembunyian di sepanjang perbatasan Afghanistan-Pakistan dan mempersiapkan pertempuran baru pada musim semi.
Gerilyawan meningkatkan serangan terhadap aparat keamanan dan juga pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan September.
Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.
Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.
Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (*)