Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian akan membangun sistem benih secara nasional guna mengejar target produksi sebesar 35 juta ton beras pada 2024.
"Tidak hanya makro dan mikro ,tapi juga didetailkan. Kemudian, Pak Dirjen TP (Tanaman Pangan), saya tegaskan untuk tingkatkan produksi beras dari 31 menjadi 35 juta ton. Caranya bisa berkoordinasi dengan dirjen teknis lain seperti PSP (Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian) untuk pupuk dan BPPSDMP (Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian) untuk penyuluh," kata Plt Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat.
Arief menuturkan target produksi Kementerian Pertanian akan ditingkatkan dari yang tadinya 31 juta ton menjadi 35 juta ton. Baginya, target beras tersebut bisa tercapai, apabila semua pihak membangun kebersamaan.
Ia pun mengajak para kepala dinas pertanian se-Indonesia untuk segera mempersiapkan gerakan percepatan tanam El Nino, terutama yang berkaitan dengan persiapan benih unggul, ketersediaan pupuk, dan kesiapan para penyuluh.
"Gerakan nasional (percepatan tanam) El Nino dengan target 500 ribu hektare harus kita jalankan sebaik mungkin. Saya minta tolong sebulan ini kita mempersiapkan semuanya, sehingga minggu depan tidak ada lagi keluhan petani mengenai benih dan pupuk karena tugas kita semua mempersiapkannya dengan baik," ucapnya.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menambahkan saat ini pihaknya tengah melakukan konsolidasi dengan berbagai para pemangku kepentingan.
Salah satunya, adalah pemetaan lahan tidur di daerah-daerah yang selama ini belum tergarap maksimal, serta penyediaan sarana dan prasarana penunjang pertanian lainnya.
"Kami tengah intensifkan program bersama ditjen teknis seperti PSP dari sisi pupuk, alsin, air, asuransi, KUR serta BPPSDMP untuk penyuluhnya," tuturnya.
Suwandi juga menjelaskan pihaknya juga tengah gencar mempersiapkan percepatan tanam di tengah El Nino. Dia memaparkan bahwa setidaknya ada sembilan aksi guna merealisasikan hal tersebut.
Di antaranya gerakan kejar tanam, meningkatkan IP (indeks pertanaman) dan produktivitas berdasarkan pemetaan wilayah kekeringan.
Kemudian, perluasan areal tanam padi bagi kabupaten potensial ditanam saat musim kering dengan saprodi, pompa dan sumur, juga benih sebagai kompensasi terkena dan puso iklim ekstrim, wilayah pasang surut, rawa lebak, lahan kosong, dan kabupaten/kota agar segera CPCL.
"Kami juga mengusung pertanian presisi skala ekonomi, polygon dashboard TIK, saprodi tepat, alsin hulu-hilir, drone, ramah lingkungan, efisiensi biaya input melalui pemanfaatan pupuk organik, hayati, pestisida nabati, elisitor biosaka, plant growth promoting rhizobacter (PGPR) dan lainnya," beber Suwandi.