Surabaya (ANTARA) - Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung menyatakan komitmennya terus bersinergi memperkuat pengembangan ekonomi dan keuangan syariah (Eksyar) di Indonesia melalui empat langkah strategis .
"Pertama, mendorong terbentuknya ekosistem produk halal secara end-to-end, mulai dari kapasitas pelaku, penguatan kelembagaan, sampai dengan penguatan infrastruktur pendukung," katanya saat pembukaan Festival Ekonomi Syariah Regional Jawa 2023, di Surabaya, Jumat.
Kedua, lanjutnya, kebijakan di sektor keuangan syariah akan fokus pada pengembangan inovasi kebijakan dan instrumen pasar keuangan syariah sebagai alternatif skema pembiayaan dan pendanaan ekonomi Indonesia.
Selanjutnya, penguatan halal life style melalui peran International Sharia Economic Festival (ISEF) dan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) baik sebagai strategic integrator untuk kegiatan Business coaching dan business matching, maupun sebagai forum untuk mengidentifikasi trade opportunity and investment berbasis syariah.
"Keempat, penguatan peran teknologi digital dalam mengakselerasi ekonomi dan keuangan syariah," kata Juda.
Namun, dirinya juga menyampaikan bahwa potensi pengembangan eksyar di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan.
"Setidaknya ada tiga tantangan yang saat ini dihadapi, yakni meningkatnya kompetisi dari berbagai negara dalam merebut pangsa eksyar global, dimana saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-4 di bawah Malaysia, Saudi Arabia dan UEA," katanya.
Kedua, kata dia, rendahnya pangsa keuangan syariah akibat basis penabung dan inovasi produk yang masih terbatas, serta jumlah debitur dan basis investor keuangan sosial syariah yang belum kuat.
"Yang terakhir, pemanfaatan inovasi teknologi yang masih terbatas," katanya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jatim Doddy Zulverdi mengatakan terdapat tiga upaya penguatan sinergi dalam mendukung pengembangan ekonomi syariah di Jawa.
"Ada Pahala atau Penguatan Rantai Nilai Produk Halal, yang akan mendorong sinergi perkuatan ekosistem rantai nilai produk halal di Jawa," ucapnya.
Menurut dia, hal tersebut bisa dilaksanakan melalui sertifikasi halal, pengembangan zona KHAS (Kuliner Halal, Aman, dan Sehat) dan pengembangan Toko Bahan Baku (Tobaku) Halal.
"Kedua ada Insani atau Inklusifitas Ekonomi melalui Digitalisasi yang berfokus pada pengembangan fitur Muslim-Friendly Tourism di dalam platform pemasaran digital, serta digitalisasi pembayaran zona KHAS se-Jawa," ujarnya.
Selanjutnya, Maslahat atau Optimalisasi ZISWAF untuk Kesejahteraan Umat yang diimplementasikan melalui Pengembangan Ekonomi dan Pengembangan Ekonomi Bisnis Pesantren Melalui Optimalisasi Dana ZISWAF.
"Selain itu, Lelang Wakaf Produktif serta pelatihan berbasis kompetensi dan sertifikasi kompetensi Nadzir di Jawa," katanya.