Surabaya (ANTARA) - Principal Sampoerna Academy Surabaya Grand Pakuwon Campus Anushia Senthevadivel Sampoerna Academy menekankan pentingnya kompetensi 5C bagi siswa saat peresmian kampus kedua di Kota Surabaya.
"5C tersebut yakni creativity, critical thinking, communication, collaboration, dan character," kata Anushia dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Jumat.
"Sampoerna Academy" adalah pelopor sekolah antarbudaya dan pionir STEAM (science, technology, engineering, arts, & mathematics) di Indonesia.
Anushia menyebut STEAM akan memandu siswa menjadi pembelajaran seumur hidup, memiliki ketangguhan menghadapi tantangan masa depan.
"Dalam pendidikan STEAM, siswa didorong untuk belajar secara holistik termasuk penerapannya dalam situasi kehidupan nyata. Hal ini akan membantu peserta didik dalam hal menjadi pemecah masalah dan komunikator yang hebat," ucap Anushia.
Menurutnya, kompetensi 5C merupakan soft skill di dalam diri anak yang perlu ditumbuhkan sejak usia dini karena keterampilan ini dapat menjembatani kecerdasan dan pengetahuan anak dengan peran nyata mereka di lingkungannya.
"Pada masa periode emas, menjadi sangat penting untuk mulai membiasakan anak dengan pembelajaran dan aktivitas yang memiliki muatan 5C. Karena di usia ini anak mempunyai inisiatif sangat besar untuk mengembangkan dirinya," ujar dia.
Sementara itu, Psikolog Anak. Elisabeth Santoso menilai peran sekolah dalam mengembangkan kompetensi 5C menjadi sangat penting. Hal penting yang perlu terapkan adalah peran guru yang dapat menjadi role model bagi para muridnya.
"Karena anak belajar dari melihat orang lain dalam membawa dirinya masing-masing, di mana dalam konteks sekolah, guru merupakan sosok yang sering berinteraksi dengan anak," tuturnya.
Kemudian, sekolah tidak hanya memberikan materi akademik, namun sekolah menjadi sarana untuk mempraktikkan
soft skill-nya.
Terakhir, di luar pelajaran, sekolah juga menjadi sarana untuk anak berinteraksi dekat dengan teman-teman dan gurunya.
"Maka dari itu, sekolah harus mampu menciptakan lingkungan yang membuat anak dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, menyediakan pembelajaran tentang antiperundungan, toleransi, empati terhadap teman dan sesama, serta mengajarkan nilai-nilai karakter," ujar Elisabeth.
Sedangkan salah satu orang tua murid. Margenie mengatakan bahwa selain peran sekolah, peran orang tua menjadi hal yang tak kalah penting dalam mengembangkan Kompetensi 5C pada anak.
"Sebagai orang tua masa kini, tugas pendidikan bukan hanya milik sekolah, tetapi juga saya. Saya merasa penting mendorong growth mindset bagi anak-anak saya," tuturnya.
Untuk mendukung siswa mengembangkan kompetensi 5C, akademi tersebut menyediakan lingkungan belajar yang aman, peduli dan kolaboratif dengan kualitas terbaik serta memenuhi ekspektasi global untuk pencapaian akademis dan pengembangan karakter.