Malang (ANTARA) - Dewan profesor Universitas Brawijaya (UB) membahas karakter ke-Brawijayaan dalam Seminar Nasional bertajuk: Karakter Ke-Brawijayaan, untuk merumuskan pola pikir yang tercerahkan sesuai dengan kekhasan kampus tersebut.
Untuk mencapai cara berpikir model Brawijaya dan memperoleh rumusan tersebut, diperlukan pembahasan dalam seminar dengan menghadirkan pakar di bidang tersebut, yakni Assoc Prof. Dr. Drs. Blasius Suprapta, MSi (Universitas Negeri Malang), Prof Iwan Triyuwono, SE.Ak.,MEc.,PhD (Sekretaris SAU UB) dan Adrian Perkasa, S.Hub.Int.,S.Hum.,MA.,PhD (Unair-Universitat Leiden, NL).
"Pembahasan karakter Ke-Brawijayaan ini diikuti 175 orang profesor UB yang hadir secara luring maupun daring melalui zoom meeting," kata Ketua Senat Akademik UB, Prof.Dr.Ir. Nuhfil Hanani AR, MS dalam sambutannya pada seminar yang digelar di kampus UB di Malang, Jawa Timur, Selasa.
Prof Nuhfil mengajak para profesor UB untuk mendukung kegiatan internal dan membangun Tanah Air. "Menjelang pemilu ini seyogyanya UB mulai memikirkan Indonesia ke depan," katanya.
Sementara itu Rektor UB Prof. Widodo, SSi.,MSi.,PhD.Med.Sc, mengatakan saatnya UB memiliki filosofi Brawijaya. "Seminar hari ini penting untuk merumuskan filosofi Brawijaya. Kita perlu menyusun karakter bercirikan Brawijaya, menghasilkan alumni yang mencerminkan karakter Brawijaya," kata Prof Widodo.
Sementara itu dalam paparannya Prof. Iwan Triyuwono, SE.,Ak.,MEc.,PhD menguraikan istilah Brawijaya. Brawijaya berasal dari kata Bhre (Bhra) dan Wijaya. Bhra berasal dari kata Bhatara bermakna utusan Brahman (Tuhan) sebagai pelindung umat manusia.
Wijaya memiliki makna menang atau unggul. Bhra-Wijaya kemudian dikenal dengan Brawijaya dapat diartikan sebagai utusan Tuhan yang menang dalam melindungi manusia.
“Setiap diri manusia memiliki potensi untuk menjadi Brawijaya/utusan Tuhan. Di dalam setiap diri manusia ada jiwa. Jika manusia berproses dan berhasil menyucikan jiwa, maka jiwanya akan menjadi suci. Jiwa suci inilah yang disebut utusan Tuhan. Hanya jiwa suci yang dapat menangkap pesan-pesan Tuhan,” paparnya.
Brawijayan berasal dari kata Brawijaya+an, mirip dengan istilah Newtonian, Darwinian, Marxian, dan lain-lain, yang menunjukkan pemikiran atau aliran pemikiran (school of thought). Maka Brawijayan adalah cara berpikir model Brawijaya, yaitu cara berpikir dari seseorang yang jiwanya telah suci atau cara berpikir dari orang yang telah tercerahkan.
Iwan mengatakan idealnya jiwa harus tunduk dan patuh secara total pada kehendak Tuhan (divine will), dengan cara menyucikan jiwa. Ketika jiwa telah menjadi suci, maka jiwa suci mampu menangkap dan memahami pesan-pesan Tuhan, sehingga dalam setiap pikiran, perkataan dan tindakan selalu mengikuti kehendak Tuhan.
Sedangkan Assoc Prof. Dr. Blasius Suprapta, M.Hum membahas tentang karakter luhur tokoh Prabhu Brawijaya I dan terakhir pada Abad XIV dan XV Masehi.
Blasius memaparkan karakter Prabhu Brawijaya terkait dharma (kebenaran-kebenaran utama) yang patut diteladani dalam berbagai perspektif.
Sementara Ardian Perkasa, S.Hub.Int.,S.Hum.,MA.,PhD menyampaikan materi tentang Brawijaya dalam perspektif para pendiri Universitas. Ia menjelaskan karakter Brawijaya dalam okonografi Arca Hari Hara, karakter Brawijaya dari khasanah historiografi, dan sosok Brawijaya terakhir.
Menurutnya, penting di universitas memahami filosofi Jawa: Ngluruk tanpo bolo, Menang tanpo ngasorake, sekti tanpo aji-aji, sugih tanpo bondo.
"Artinya, berjuang tanpa massa, menang tanpa merendahkan atau mempermalukan lawan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan, kaya tanpa didasari kebendaan," ujarnya.