Surabaya - Sebanyak 150 peneliti MIPA dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya-Indonesia dan Universiti Teknologi Malaysia (UTM) bertemu dalam "International Conference and Workshop on Basic Sains" (ICoWoBaS) di Surabaya pada 21-23 September. "Itu pertemuan peneliti MIPA Unair dan UTM yang ketiga kalinya, karena kami sudah pernah mengadakan pertemuan pertama di Surabaya pada tahun 2007 dan pertemuan kedua di Johor pada tahun 2009," kata Wakil Ketua ICoWoBaS III Dr Nanik Siti Aminah di Surabaya, Rabu. Ketika ditemui ANTARA di sela-sela konferensi internasional Unair-UTM itu, ia menjelaskan ICoWoBaS merupakan pertemuan yang membahas hasil riset bersama yang dilakukan peneliti Unair-UTM di bidang ilmu dasar yakni Matematika, Biologi, Kimia, dan Fisika. "Kami juga mengundang empat peneliti tamu, yakni Prof Dr Zuhaimy Ismail (Departemen Matematika UTM), Prof Yoshiharu Murata MSc PhD (Lembaga Penelitian Lingkungan Kedokteran, Universitas Nagoya, Jepang), Prof HG Walther Frederich Schiller (Universitas Jena, Jerman), dan Dr Yoshiaki Takaya (Fakultas Farmasi, Universitas Meijo, Jepang)," katanya. Menurut Wakil Dekan I (Bidang Akademik) Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Unair itu, pihaknya sudah memiliki kerja sama riset dengan Universitas Croningen, Belanda di bidang Bioteknologi. "Untuk kerja sama riset dengan UTM diprioritaskan pada bidang ilmu-ilmu dasar yakni MIPA, bahkan ada empat mahasiswa S2 Unair yang sedang belajar dan seorang dosen Unair yang melakukan riset di UTM," katanya. Ditanya manfaat dari kerja sama riset Unair-UTM itu, dosen Ilmu Kimia FTS itu mengatakan UTM memiliki fasilitas riset atau laboratorium yang memadai, sedangkan Unair memiliki bahan penelitian yang diperlukan. "Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) yang lengkap, karena itu bahan penelitian alami cukup banyak di sini, tapi kita kurang memiliki fasilitas riset, karena itu kita mengadakan kerja sama yang saling menguntungkan," katanya. Namun, katanya, Unair tetap mengikat kerja sama dengan kontrak pemanfaatan hasil riset secara yuridis, karena itu riset yang dilakukan harus dimanfaatkan bersama. "Jadi, kerja sama riset bukan sebatas riset, lalu hasil risetnya dimanfaatkan oleh salah satu pihak, tapi pemanfaatannya juga harus bersama, termasuk publikasi ilmiah bersama," katanya. Mengenai hasil riset yang sudah dimanfaatkan bersama, ia mengaku hasil riset masih belum ada yang tuntas, namun ada sebuah riset bersama tentang anti-oksidan yang hampir selesai dan nantinya bisa dimanfaatkan untuk produk pencegah penuaan dini. "Itu bidang kimia, sedangkan riset bersama Unair-UTM di bidang fisika antara lain aplikasi laser untuk kesehatan gigi, di bidang biologi antara lain pembibitan kultur jaringan untuk tanaman unggul seperti anggrek, tumbuhan antikanker, tanaman anti-HIV, dan sebagainya," katanya. Konferensi internasional itu diakhiri dengan workshop bersama yang dilaksanakan di Laboratorium Fisika Optika dan Aplikasi Laser Departemen Fisika FST Unair (untuk bidang Fisika), Laboratorium Kultur Jaringan FST Unair (untuk bidang Biologi), dan Institute Tropical Disease (ITD) Unair (untuk bidang Kimia).
Berita Terkait

Tim peneliti Universitas Brawijaya identifikasi dua genus baru mikroalga
21 Juni 2025 16:00

Peneliti BRIN soroti ancaman sosial perkawinan bagi anak di wilayah desa
17 Juni 2025 12:44

SMA Progresif Sidoarjo ajak peneliti muda tingkatkan riset
24 Mei 2025 13:34

Peneliti BRIN temukan spesies baru Kadal Buta di Pulau Buton
14 Mei 2025 11:57

Peneliti UB identifikasi genus-spesies baru mikroalga laut Indonesia
29 April 2025 13:40

KPK panggil peneliti terkait kasus korupsi pengolahan karet Kementan
28 April 2025 14:38

Peneliti ungkap kemajuan vaksin Tuberkolosis M72 siap proteksi remaja dan dewasa
24 Maret 2025 16:17