Marinir Inggris Tewas dalam Serangan di Afghanistan
Selasa, 20 September 2011 7:30 WIB
London (ANTARA/AFP) - Seorang prajurit Marinir Kerajaan Inggris tewas setelah diserang tembakan senjata ringan ketika sedang melakukan patroli jalan kaki di provinsi Helmand, Afghanistan selatan, kata sejumlah pejabat pertahanan, Senin.
Prajurit dari satuan elit Komando 42 itu sedang berpatroli bersama pasukan Afghanistan di daerah Khorgajat di distrik Nahr-e Saraj ketika diserang, kata Kementerian Pertahanan Inggris.
"Prajurit Marinir Kerajaan itu bagian dari patroli jalan kaki untuk mendukung Tentara Nasional Afghanistan, ketika mereka diserang tembakan senjata ringan," kata juru bicara Satuan Tugas Helmand Mayor Rolf Kurth.
"Ia tewas akibat luka-luka tembakan dalam serangan tersebut. Kami ikut berduka bersama keluarga dan kerabatnya pada masa sedih mereka," katanya.
Seorang juru bicara kementerian pertahanan mengatakan, prajurit itu ditembak "dalam jarak dekat".
"Meski segala upaya medis di darat dan pengangkutannya dengan helikopter telah dilakukan, ia dinyatakan tewas saat tiba di Camp Bastion Role 3 Hospital," katanya.
Keluarga dekat prajurit itu telah diberi tahu.
Dengan kematian marinir itu, jumlah prajurit Inggris yang tewas di Afghanistan menjadi 382 sejak operasi di negara itu diluncurkan pada Oktober 2001. Dari jumlah itu, sedikitnya 338 orang tewas dalam perang.
Inggris mengirim sekitar 9.500 prajurit ke Afghanistan, yang menjadikan negara itu sebagai penyumbang pasukan terbesar kedua untuk ISAF.
Pasukan itu ditempatkan sebagian besar di Helmand, untuk memerangi gerilyawan Taliban dan melatih pasukan keamanan setempat.
Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.
Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.
Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.