Universitas Brawijaya Tambah Kuota Bidik Misi
Sabtu, 17 September 2011 11:10 WIB
Malang - Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, menambah kuota beasiswa pendidikan bagi mahasiswa berprestasi dari keluarga miskin atau "Bidik Misi".
Rektor Universitas Brawijaya (UB) Prof Dr Yogi Sugito, Sabtu mengemukakan, pihaknya telah mengajukan tambahan kuota Bidik Misi sebanyak 800 mahasiswa, namun yang disetujui hanya 603 mahasiswa.
"Peminat Bidik Misi ini sangat banyak, sehingga dilakukan seleksi cukup ketat. Yang kami tekankan dalam seleksi Bidik Misi ini adalah kejujuran seorang mahasiswa," ucap Yogi.
Jika dalam seleksi nanti ternyata ada mahasiswa penerima Bidik Misi adalah dari kalangan berada (mampu), tegasnya, pihaknya tidak segan-segan untuk menjatuhkan sanksi tegas.
Menurut mantan Dekan Fakultas Pertanian tersebut, mahasiswa yang sengaja memalsukan datanya tidak hanya terancam distop beasiswanya, tapi juga terancam dikeluarkan dari kampus.
Kuota Bidik Misi Universitas Brawijaya sebelumnya sebanyak 500 mahasiswa. Setelah mendapat tambahan sebanyak 603 mahasiswa maka tahun ini (2011) mahasiswa baru penerima Bidik Misi mencapai 1.103 mahasiswa.
Jumlah penerima Bidik Misi sebanyak itu peruntukannya adalah bagi mahasiswa yang diterima melalui jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SMNPTN) serta jalur undangan yang memenuhi sejumlah persyaratan.
Tambahan kuota Bidik Misi tersebut, merupakan sisa dari kuota nasional yang mencapai 20 ribu mahasiswa. Namun, tidak semua perguruan tinggi negeri (PTN) mampu menyerap kuota yang diberikan dari pusat.
Belum lama ini Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) meminta agar program Bidik Misi di PTN dikaji ulang, karena program tersebut hanya memberikan peluang pada sekelompok golongan saja, yakni calon mahasiswa baru berprestasi dari kalangan tidak mampu.
"Padahal kalau kita amati, kalangan masyarakat yang berprestasi tapi dari golongan kurang beruntung jumlahnya kan sangat terbatas. Justru kalangan kurang mampu ini sebagian besar prestasi akademiknya juga kurang bagus," kata Ketua Aptisi Prof Suko Wiyono.