Surabaya (ANTARA) - Wakil Wali Kota Surabaya Armuji memastikan pemenuhan gizi balita stunting atau tangkes (gagal bertubuh dan berkembang/kerdil) melalui puskesmas yang tersebar di Kota Pahlawan, Jawa Timur, berjalan optimal.
"Cuma Kemarin (5/7) saya dapat informasi dari warga, bahwa di Puskesmas Dr soetomo stok susunya habis, sehingga orang tua dari balita stunting disuruh beli susu di luar. Setelah saya cek ternyata keterlambatan itu diakibatkan pergeseran anggaran," kata Armuji dalam keterangannya di Surabaya, Kamis.
Warga yang mengadu ke Rumah Aspirasi Wawali Surabaya adalah Bambang yang merupakan orang tua dari Aprilia Syifa. Diketahui Aprilia ini mengidap penyakit autoimun SLE (systemic lupus erythematosus), kekurangan gizi dan tidak mau makan.
Selain itu, Aprilia juga didiagnosa menderita lupus nefritis, sekundum sedang besar, bronkeaktasis, modelate malnutrisi dan stunted.
Selama ini, Aprilia menjalani perawatan di puskesmas terdekat. Hanya saja, saat itu di Puskesmas stok susu SGM optigrow 1+ yang selama ini diberikan Aprilia habis dan orang tua diminta beli di luar. Bambang selaku orang tua akhirnya mengadu ke Rumah Aspirasi Wawali Surabaya.
"Hal-hal teknis seperti ini perlu diantisipasi lagi supaya dalam pelaksanaannya tidak ada kendala dalam penanganan balita serta pemenuhan gizi balita stunting," kata Cak Ji panggilan akrab Armuji.
Cak Ji menyebutkan, penanganan stunting menjadi perhatian serius bagi Pemkot Surabaya. Upaya penanganan stunting telah dilakukan mulai hulu hingga hilir. Upaya itu terbukti dapat menekan hingga saat ini tersisa 651 balita stunting.
"Keterlibatan banyak pihak dan kolaborasi menjadi kunci keberhasilan untuk dapat menekan angka stunting. Oleh karena itu kewajiban Puskesmas juga dapat melayani dengan optimal," ujarnya.
Adapun data prevalensi stunting di Kota Surabaya pada tahun 2021 tercatat mencapai 28,9 persen (6.722 balita), di akhir 2022 turun signifikan hingga ke angka 4,8 persen (923 balita). Selanjutnya pada tahun 2023, per 30 Juni 2023, tercatat hanya tersisa 651 balita, termasuk balita yang mengalami penyakit yang sulit disembuhkan.
Selain itu, ia sangat yakin dengan adanya PKK, KSH, LPMK, tim pendamping keluarga, RT-RW yang saat ini sudah bisa melihat angka stunting di wilayahnya, maka akan terpacu untuk saling membantu sehingga tercipta guyub rukunnya.
Armuji klaim pemenuhan gizi balita stunting berjalan optimal
Kamis, 6 Juli 2023 14:31 WIB