Curator Taman Safari Indonesia II Jatim dan Baobab Safari Resort Eko Windarto mengatakan Jerapah betina Jahari lahir pada 18 Agustus 2010.
"Saat ini sedang bunting dan dalam beberapa bulan lagi akan melahirkan," katanya di sela kegiatan "mitoni" untuk satwa jerapah tersebut di Baobab Safari Resort, Minggu.
Ia mengatakan, proses pengembangbiakan jerapah ini cukup berhasil karena Jahari sebelumnya dikawinkan dengan pejantan Dhavy dan telah memiliki anak pertama betina bernama Zahara yang lahir pada 4 Oktober 2015.
“Jahari kemudian kawin dengan pejantan bernama Kamil lalu menghasilkan anak kedua berjenis kelamin jantan pada pandemi COVID-19 lalu bernama Covidianto tepatnya pada 3 April 2020," katanya.
Ia mengatakan, Taman Safari Indonesia II Jatim juga mengajak masyarakat untuk mengampanyekan perlindungan terhadap satwa yang dilindungi, termasuk jerapah.
"Sebab, melindungi spesies langka merupakan pekerjaan sangat berat. Dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak," katanya.
General Manager Baobab Safari Resort dan Taman Safari Indonesia II Jatim Lies Yuwati mengatakan tradisi "mitoni" atau tujuh bulanan tersebut dilakukan dengan harapan proses kelahiran anakan jerapah tersebut bisa berjalan dengan lancar.
"Pada dasarnya acara Mitoni ini digunakan sebagai upacara adat siklus hidup sebagai selamatan janin dalam kandungan berusia tujuh bulan," katanya.
Ia mengatakan sebelum dilakukan prosesi "mitoni" berlangsung digambarkan terdapat suku Afrika yang juga akan menghadiri acara tersebut.
Suku Afrika dihadirkan dikarenakan Baobab Safari Resort merupakan resort yang bertemakan Africa, sehingga akultrurasi budaya bisa ditampilkan tanpa menghilangkan ciri khas budayanya sendiri.
Suku Afrika dihadirkan dikarenakan Baobab Safari Resort merupakan resort yang bertemakan Africa, sehingga akultrurasi budaya bisa ditampilkan tanpa menghilangkan ciri khas budayanya sendiri.
“Para suku Afrika ini bertemu keeper yang bersuku Jawa lengkap dengan pakaian khas Jawa. Mereka akan berbincang mengenai prosesi "mitoni" yang dilakukan oleh Jahari," ujarnya.
Selanjutnya adalah prosesi pecah kelapa. Kelapa yang sudah digambar simbol laki-laki dan perempuan akan dipecah. Hal ini dilakukan untuk memperkirakan jenis kelamin calon bayi.
"Jika ketika dipecah cenderung ke simbol perempuan maka calon bayi bisa diprediksi perempuan. Begitu juga sebaliknya," katanya.