Surabaya (ANTARA) - PT Smelting bersama Taman Safari melakukan upaya pelestarian lingkungan melalui sosialisasi terkait keberadaan satwa endemik asal Indonesia, yakni komodo kepada masyarakat.
Senior Manager General Affairs PT Smelting Saptohadi Prayetno mengatakan sosialisasi dimaksudkan meningkatkan kesadaran masyarakat agar berperan melestarikan keberadaan komodo, sehingga keberadaan satwa endemik itu bisa terus diketahui oleh generasi muda.
"Walaupun habitat asli Komodo ini tidak di Gresik, namun satwa tersebut sudah menjadi perhatian internasional. Upaya konservasi dalam menjaga kelangsungannya harus dipantau banyak orang," kata Saptohadi melalui keterangan resmi, Senin.
Sosialisasi tersebut merupakan rangkaian wacana pelepasliaran komodo oleh pihak PT Smelting dan Taman Safari Indonesia ke habitat aslinya. Tujuannya untuk memastikan keberlangsungan hewan tersebut.
Kendati demikian, reptil raksasa itu masih dalam proses "habituasi" atau penyesuaian yang dilakukan di Taman Safari. Sehingga, ketika dilepas hewan tersebut tak perlu lagi membutuhkan adaptasi yang panjang dengan alam liar.
"Semoga saat dilepas nanti sudah terbiasa dengan habitat aslinya, sehingga bisa survive," ujarnya.
Diketahui, upaya PT Smelting memang memiliki program pelestarian satwa. Sebelum komodo, perusahaan tersebut telah melaksanakan langkah dengan melepaskan anakan Elang Jawa ke alam liar.
Satwa tersebut merupakan hasil konservasi yang dilakukan antara PT Smelting bersama TSI.
Selain satwa, PT Smelting juga menyosialisasikan pembuatan dan pemanfaatan eco enzym.
Ketua Relawan Eco Enzym Indonesia (REEI) Kabupaten Gresik Tatik Irawati menyatakan proses pembuatan eco enzym tak memerlukan anggaran besar, karena bahan yang dibutuhkan untuk produksi bisa diambil dari sampah rumah tangga, seperti sisa kulit buah dan sayuran.
"Ini kami juga menuangkan eco enzym di sungai sekitar WEP (Wahan Ekspresi Poesponegoro). Eco enzym bisa mengurangi zat-zat berbahaya dalam air dan menetralkan minyak serta polutan lain dalam air," kata dia.(*)