Kupang (ANTARA) - Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, menambah empat profesor baru yang dikukuhkan dalam dua hari berturut-turut pada Senin-Selasa (19-20/6) di Gedung Samantha Krida kampus setempat.
Pada Senin (19/6) 2023 yang dikukuhkan adalah Prof Rachmad Kriyantono sebagai guru besar Bidang Ilmu Hubungan Masyarakat dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), dan Prof. Dr Surjono sebagai guru besar Bidang Ilmu Perencanaan Kota dari Fakultas Teknik (FT).
Sedangkan Prof. Dr. Abdullah Said dan Prof. Ananda Sabil Hussein dikukuhkan pada Selasa (20/6).
Abdullah Said dikukuhkan sebagai guru besar Bidang Ilmu Perencanaan Pembangunan pada Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) dan Ananda Sabil Hussein sebagai guru besar Bidang Ilmu Manajemen Pemasaran pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).
Dalam pidato ilmiahnya Rachmat Kriyantono memaparkan penelitiannya tentang Penerapan Model Excellence Plus pada Humas Pemerintah. Model tersebut, bermanfaat mengembangkan praktik Humas Pemerintah agar bisa melaksanakan fungsinya sebagai penanggung jawab sistem komunikasi lembaga dalam menunjang pelayanan publik di era digital.
Model Excellence Plus bermakna bahwa Humas dianggap bagian dari kelompok berpengaruh di staf (bukan hanya di level manajerial). Humas dipercaya untuk menyampaikan aspirasi dan keluh kesah para staf di level menengah dan bawah agar disampaikan kepada pimpinan.
Baca juga: UB gandeng Jepang inisiasi pusat penelitian robotika dan AI
Dia mengatakan dalam model tersebut mengangkat prinsip akomodatif dan advokasi dari Teori Contingency of Accommodation dan prinsip kearifan lokal sebagai cara menjalankan fungsi dan peran Humas.
"Agar makin menguatkan Humas pemerintah, disarankan Model Excellence Plus harus diimbangi dengan persepsi pimpinan yang positif terhadap fungsi dan peran Humas," katanya.
Sementara itu, Surjono dalam pidato pengukuhan yang berjudul "Perencanaan Kota Paripurna (PKP) berbasis wise city" memaparkan perencanaan kota dari yang sifatnya teknokratis menuju kota paripurna yang arif, yaitu yang menyeimbangkan aspek material dan spiritual.
Ia mengatakan sedikit berbeda dari model-model perencanaan kota berkelanjutan, yang mengintegrasikan matra sosial, ekonomi, dan lingkungan, model PKP melihat posisi kesejahteraan material dan spiritual sebagai tubuh dan roh kota.
Sehingga, lanjutnya, PKP mengintegrasikan tiga matra, yaitu lingkungan alam, lingkungan binaan, dan lingkungan manusia.
Menurutnya, terdapat empat fase menuju kota paripurna, yaitu pengentasan kemiskinan, peningkatan ketahanan, peningkatan kelayakhunian, dan peningkatan kebahagiaan.
"Kekuatan dari PKP ini lebih responsif terhadap aspek kebahagiaan yang hakiki meliputi material dan spiritual sebagai outcome pembangunan kota, sesuai dengan kultur bangsa yang berketuhanan, dan membuka ruang kajian yang luas di masa depan," katanya.
Hanya saja, PKP juga memiliki kelemahan, yakni sulitnya mengukur apalagi menetapkan standar kebahagiaan spiritual komunitas yang majemuk dan kompleks, demikian Surjono.