Surabaya (ANTARA) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya menilai sudah saatnya puskesmas di "Kota Pahlawan" --sebutan untuk Surabaya-- menggunakan timbangan bayi digital guna meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
"Tapi saat ini sering kali dikeluhkan warga soal kelengkapan sarana dan prasarananya seperti halnya timbangan bayi. Ternyata, tidak sedikit dari posyandu di Surabaya masih menggunakan timbangan gantung atau timbangan sarung. Itu pun di beberapa pPosyandu kondisinya rusak," kata Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya Anas Karno di Surabaya, Jawa Timur, Kamis.
Ia mengatakan posyandu sebagai garda terdepan dalam memantau tumbuh kembang anak agar terhindar dari ancaman stunting.
Menurut dia, timbangan gantung tidak presisi dan tidak praktis untuk mengukur berat badan bayi karena bayi harus digendong ibunya saat menimbang badan sehingga berat badan bayi dihitung dengan hasil pengurangan berat badan ibu.
"Keluhan tersebut kerap saya temui dalam setiap kesempatan bertemu dengan warga dalam kegiatan reses ataupun 'Sambung Roso'," ujarnya.
Menurut Anas, dari pengakuan para kader yang melakukan layanan posyandu, timbangan digital untuk bayi lebih akurat atau presisi hasil pengukuran kalau dibandingkan dengan timbangan gantung atau timbangan sarung, yang masih beroperasi secara manual.
Baca juga: Pelayanan puskesmas se-Surabaya buka selama libur Lebaran
"Di beberapa posyandu ada permintaan timbangan bayi digital. Jadi saya bantu karena timbangan manualnya rusak seperti di antaranya posyandu sekitar Kelurahan Panjang Jiwo, Kecamatan Sukolilo," katanya.
Untuk itu, ia mendorong dinas terkait segera mempertimbangkan mengganti model timbangan bayi di posyandu yang masih manual dengan digital.
"Karena setiap ons saja berat bayi bertambah atau tidak sesuai usianya, dan tercatat dengan akurat, sangat berarti untuk pencegahan stunting," katanya.
Ketua Posyandu Singkong RT04/RW04 Panjang Jiwo Wanti mengatakan timbangan bayi di tempatnya rusak dan sudah lama dilaporkan ke puskesmas setempat, tetapi bantuan tidak kunjung tiba.
"Alasannya harus kolektif dulu, penggantian tidak bisa satu persatu. Jadinya kami pakai timbangan sarung. Kalau yang digantung pakai sarung itu tidak akurat. Padahal ada 40 balita yang kami layani. Alhamdulillah ada bantuan dari Pak Anas," ujarnya.
Ia mengatakan posyandu yang diketuainya memberikan layanan setiap bulan sekali mulai pukul 09.00-11.30 WIB.
Dia menjelaskan bahwa mengetahui pertumbuhan berat badan bayi penting untuk menekan angka stunting.
Selain itu, kata dia, bayi juga diberikan makanan tambahan.
"Kami berharap dengan adanya bantuan timbangan digital ini semakin memperlancar jalannya pelayanan posyandu," katanya.
Saatnya puskesmas di Surabaya gunakan timbangan bayi digital
Kamis, 8 Juni 2023 11:36 WIB