Surabaya (ANTARA) - "Jamoetics" Universitas Surabaya (Ubaya) memberikan cara bisnis jamu melalui acara bertajuk Sharing Bisnis Minuman Herbal Kekinian di Era Digital dalam rangka memperingati Hari Jamu Nasional ke-15.
Dalam keterangan yang diterima di Surabaya, Selasa, materi dibawakan oleh Dosen Farmasi Ubaya sekaligus Founder Sawasdee Thai Tea & Coffee, Kartini, Ph.D. Selain itu, ada pula penjelasan dari Direktur Utama PT Jamu IBOE, Stephen Walla.
Acara tersebut juga dihadiri oleh Dra. Minarni Purnomo, Apt., M.Si., selaku Ketua Dewan Pimpinan Daerah Gabungan Pengusaha (DPD GP) Jamu Jawa Timur.
Jamoetics merupakan start-up teknologi herbal dan obat tradisional Ubaya.
Founder Jamoetics, Dr. Oeke Yunita, S.Si., M.Si., Apt., mengatakan acara tak hanya bertujuan untuk memperingati Hari Jamu Nasional, namun juga ingin memberikan banyak pencerahan bagi masyarakat tentang bisnis minuman herbal.
"Kunci sukses bisnis herbal tidak lepas dari kata inovasi dan kolaborasi. Semoga sharing bisnis ini dapat menginspirasi," ujarnya.
Pendahuluan materi dibawakan oleh Kartini yang menjelaskan tentang pengelompokan jamu, yakni jamu segar, jamu instan, dan jamu bubuk.
"Jamu segar disajikan dalam bentuk cairan dan siap diminum oleh konsumen. Jamu instan disajikan melalui penambahan air hangat ataupun dingin. Sementara jamu bubuk biasanya dalam bentuk kering dengan mencampur beberapa serbuk tanaman, sehingga penyajianya harus diseduh air hangat," ujarnya.
Lebih lanjut, Kartini menjelaskan bentuk pemasaran yang telah dilakukan oleh bisnisnya. "Selama ini, kami melakukan pemasaran dengan model take away dalam bentuk botol berbagai ukuran," tuturnya.
Menurut dia, model take away dapat menjangkau secara lebih luas, tetapi perlu memberikan informasi yang jelas pada kemasan terkait cara penyimpanan, penyajian, dan sebagainya.
Ada pula bentuk pemasaran lainnya untuk minuman jamu segar, yaitu menitipkan produk pada toko luring, konsinyasi, toko daring seperti GoFood, reseller, serta melalui bazar, workshop, seminar, dan lainnya.
Tips lainnya adalah pebisnis dapat mengadakan promo saat momen hari besar dengan packing yang berbeda dari biasanya untuk menarik konsumen.
"Selain itu, media sosial produk jangan hanya digunakan untuk jualan, tetapi juga untuk edukasi dalam bentuk foto atau video. Sehingga, konsumen bisa memperoleh nilai plus dari mengintip media sosial kita," kata Kartini.
Materi dilanjutkan dengan berbagi bisnis oleh Stephen Walla. Ia menceritakan perjalanan bisnis PT Jamu IBOE dan bagaimana mereka menghadapi tantangan dari masa ke masa.
"Dari tantangan tersebut, kami melihat bahwa inovasi untuk regenerasi adalah salah satu hal yang harus dan sangat penting untuk dilakukan," ujarnya.(*)