Surabaya (ANTARA) - The Smart City Observatory oleh IMD World Competitiveness Center baru-baru ini merilis daftar Smart City Index (SCI) 2023 atau indeks kota pintar di dunia. Dari total 141 kota dari seluruh dunia yang diteliti, tiga kota di Indonesia yakni Jakarta, Makassar dan Medan masuk dalam daftar SCI 2023.
Jakarta ada di posisi ke-102, Medan menempati urutan ke-112, dan Makassar posisi ke-114 sebagai smart city atau kota pintar terbaik di dunia. Sementara Kota Surabaya tidak masuk ke dalam daftar tersebut.
Kabar Surabaya tak masuk sebagai smart city tingkat dunia itu pertama kali disampaikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir di Jakarta pada 25 Mei 2023. Menteri BUMN mengaku terkejut mendengar kabar jika Kota Surabaya tidak masuk dalam daftar smart city.
Kabar tersebut menuai respons dari sejumlah kalangan, di antaranya adalah Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya A.H. Thony. Dia sempat mempertanyakan penilaian yang dirilis The Smart City Observatory oleh Institute for Management Development (IMD) World Competitiveness Center yang bermarkas di Swiss itu. Sebab, Kota Surabaya sudah lebih dahulu menerapkan konsep smart city.
"Smart city" adalah penggunaan teknologi komputasi cerdas untuk mengintegrasikan berbagai komponen penting dari infrastruktur dan layanan kota. Smart City sendiri memiliki enam parameter utama sebagai bahan identifikasi meliputi, "smart government", "smart economy", "smart environment", "smart living", "smart people", dan "smart mobility".
Dari keenam parameter tersebut, Kota Surabaya sudah menerapkannya, bahkan jauh melampaui kota-kota lain di Indonesia. Smart government misalnya, Pemkot Surabaya telah menerapkan sistem terintegrasi berbasis teknologi informasi untuk aktivitas sehari-hari dalam proses birokrasi dan administrasi serta pelayanan publik.
Begitu juga smart environment, dimana gedung yang ada di Surabaya berkonsep green building dengan pengolahan limbah dan energi yang ramah lingkungan sekaligus penyediaan ruang terbuka hijau dan taman-taman yang tersebar di penjuru kota
Sedangkan smart economy, Pemkot Surabaya telah memberdayakan komunitas usaha agar mampu bersaing hingga tingkat global melalui digitalisasi. Pemkot Surabaya juga telah membangun broadband learning center (BLC) sehingga warga dari semua umur dan kalangan dapat belajar teknologi informasi secara gratis.
Untuk smart mobility, perencanaan transportasi sekaligus mobilitas pelayanan publik Pemkot Surabaya diatur sedemikian rupa agar efektif dan efisien. Pemkot Surabaya banyak berinovasi, di antaranya adalah Surabaya Intelligent Transport System (SITS), monitoring CCTV serta yang terbaru adalah layanan tanggap darurat 112.
Demikian pula smart living, Pemkot Surabaya menginginkan anak-anak di daerahnya tumbuh di lingkungan yang baik. Sama halnya dengan smart people, Pemkot Surabaya telah menyediakan fasilitas Rumah Bahasa yang memungkinkan masyarakat untuk belajar secara gratis, tanpa mengeluarkan uang sepeser pun.
Sedangkan dalam penerapan smart mobility, kepala daerah dan seluruh orang yang terlibat dalam jajaran Pemkot Surabaya terhubung dengan alat komunikasi berupa handy talky (HT), ponsel, WA grup dan lainnya. Dengan demikian, ketika kepala daerah sedang melakukan kegiatan di luar, tetap terhubung dengan pegawai di jajaran Pemkot Surabaya.
Sebagai kota yang mendapat julukan smart city, Kota Surabaya dituntut untuk selalu memberikan inovasi-inovasi terbaru. Karena inovasi inilah Kota Surabaya selalu berhasil menarik perhatian instansi atau pemerintah daerah lain untuk mempelajari tentang hal tersebut.
Salah satu pengembangan dari smart city yang sudah dilakukan di Surabaya dalam bidang transportasi massal yakni Bus Suroboyo yang bisa langsung terintegrasi dengan lampu merah. Apabila bus mendekati lampu merah maka lampu akan selalu hijau.
Selain itu, pelayanan publik Surabaya Single Window (SSW) yang memungkinkan dilakukannya suatu penyampaian data dan informasi secara tunggal, pemprosesan data maupun informasi secara tunggal dan sinkron, serta pembuatan keputusan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD) dalam memberikan perizinan. Dengan SSW, pelayanan perizinan ini lebih hemat waktu dan biaya, dan yang lebih penting lagi adalah transparansi biaya.
Dengan tidak dimasukkannya Kota Surabaya ke dalam daftar SCI, maka tidak heran jika masyarakat kemudian mempertanyakan objektivitas dari penilaian maupun legitimasi data tersebut. Sebab, Kota Surabaya yang menjadi rujukan dinilai tidak memenuhi kualifikasi.
Meski demikian, Thony dan juga sejumlah kalangan tidak begitu risau jika ada yang menilai Kota Surabaya tidak masuk sebagai "smart city". Sebab, Kota Surabaya sudah menerapkan layanan pintar sejak dulu dibanding kota yang masuk dalam SCI 2023.
Bukan tujuan utama
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menanggapi Kota Pahlawan tidak masuk dalam daftar SCI 2023 mengaku tidak mengetahui apa saja yang dinilai untuk smart city, karena tidak pernah ada tim penilai yang turun untuk menanyakan hal itu di Kota Surabaya.
Meski demikian, jika Kota Pahlawan tidak masuk daftar "smart city" versi IMD World Competitiveness Center, dia tidak mempermasalahkan. Baginya, tujuan hidup menjadi wali kota adalah bagaimana bisa membahagiakan warga Surabaya menggunakan digitalisasi, sehingga memotong mata rantai dan mempercepat pelayanan publik.
Masuk ke dalam penilaian smart city bukanlah tujuan utama dari Pemkot Surabaya. Sebab, masuk atau tidaknya Surabaya ke dalam daftar smart city juga bisa tergantung dari tim penilai.
Pemkot Surabaya berkaca dari daftar pemerintah daerah penerima penghargaan penanganan stunting terbaik di Indonesia. Saat itu, Surabaya tidak masuk ke dalam daftar kota terbaik dalam penanganan stunting. Namun, setelah diketahui stunting di Surabaya terendah se-Indonesia, banyak yang kaget dan datang berbondong-bondong ke Kota Pahlawan. Oleh karena itu, yang penting dari semua itu bukan pengakuan, tapi bisa bermanfaat buat orang banyak.
Sementara itu, jika berdasarkan versi penilaian dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI, Kota Surabaya sudah masuk dalam daftar smart city bersama kota lain seperti Jakarta dan Bandung.
Walaupun begitu, Wali Kota Surabaya ini bangga jika ada daerah lain bisa masuk dalam daftar "smart city" versi penilaian dari lembaga di luar negeri. Baginya, akan lebih baik penyematan smart city tersebut bisa dilakukan ke daerah lain di Indonesia secara bergantian, sehingga menunjukkan bahwa pemerintah daerah di Indonesia semuanya adalah smart city.
Dengan begitu, semua pemerintah daerah bisa memberikan pelayanan terbaiknya kepada masyarakat dan tidak ada persaingan antarpemerintah daerah, tapi justru saling mendukung satu sama lainnya.