Madiun - Anak-anak di Desa Sidomulyo, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, memiliki mainan seru guna menunggu waktu berbuka puasa atau "ngabuburit" dengan bermain meriam dari bambu. Permainan ini digelar di areal persawahan desa setempat. Suara yang menggelegar dari meriam bambu tersebut sekaligus menandai waktu berbuka puasa segera tiba. "Kami senang bermain meriam dari bambu ini. Permainan ini selalu ditunggu-tunggu jelang buka puasa selama bulan Ramadhan," ujar salah satu anak pemain meriam bambu, Harianto, Sabtu. Menurut dia, bahan yang digunakan untuk permainan ini tidaklah rumit. Dengan bambu sepanjang dua meter yang sudah didesain dan bahan bakar karbit, meriam bambu siap diletupkan. Penyulutnya, mereka menggunakan korek api. "Biasanya dalam permainan ini, sekelompok anak yang satu dengan lainnya bersaing dalam kekerasan suara letupan meriam. Hal ini yang membuat permainan semakin seru," kata Harianto. Untuk menyalakannya, peralatan bambu dan bahan bakar karbit, dibawa ke areal persawahan. Kemudian, lubang bambu yang telah disediakan, dimasuki air dan pecahan karbit kecil. Sementara, posisi ujung bambu lainnya disumbat dengan kain bekas. Setelah terdengar suara air mendidih, api disulutkan ke lubang bambu yang telah diberi air dan karbit. Alhasil, suara menggelegarpun terdengar layaknya meriam yang ditembakkan dalam peperangan. Suara gelegar meriam bambu tersebut terdengar sahut-menyahut antara sekelompok anak yang satu dengan lainnya. Hal inilah yang membuat suasana lebih seru. Anak-anak ini menyatakan, bermain meriam bambu sudah menjadi tradisi yang mereka lakukan setiap bulan Ramadhan. Kegiatan ini, rutin mereka lakukan setiap sore sambil menunggu waktu berbuka puasa tiba. Hal inilah yang membuat Ramadhan semakin khas dengan suara letupan meriam dari bambu. Hal serupa juga diungkapkan oleh anak lainnya, Aan. Ia mengaku terhibur dengan permainan ini sehingga tidak sadar jika waktu berbuka puasa telah tiba. "Seru bermain meriam dari bambu. Setiap sore selama puasa kami selalu bermain meriam bambu dengan membentuk kelompok-kelompok. Masing-masing kelompok akan berusaha mengeluarkan suara letupan yang paling keras. Ini sudah menjadi kebiasan anak-anak di desa kami sejak dulu," kata Aan. Puas bermain, bambu yang telah dibentuk tersebut disimpan kembali untuk bermain yang sama pada keesokan harinya. Anak-anakpun pulang untuk berbuka puasa dengan keluarga mereka masing-masing.
Anak-anak Madiun Bermain Meriam Bambu Saat "Ngabuburit"
Sabtu, 13 Agustus 2011 15:32 WIB